Mohon tunggu...
M@sbh@y
M@sbh@y Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Mencurahkan isi kepala,hati dan pikiran.

Ranger in country guardian .freewriter . berbagi info,pnglamn,kenangan, segala yg singgah dan bermain di pikiran dan ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suatu Senja di Djuanda

24 September 2018   21:56 Diperbarui: 21 November 2018   00:42 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Surya beranjak ke peraduannya

Menebar awan tembaga di angkasa

Kala burung besi yang membawaku 

Terbang mengejar waktu

 menembus ruang 

Membawaku pulang

Aku sudah disurabaya kini

90 menit yang lalu .

masih kuhirup segarnya angin di pantai senggigi

sejuta resah membalut hati.

Dan kini saat kaki kakiku melangkah turun dari sang burung besi.

Senja di djuanda .suatu masa ( masbhay)
Senja di djuanda .suatu masa ( masbhay)
Kegelisahan itu hadir kembali 

Seperti gundahnya hati 

Saat akan bertemu si jantung hati

Masih berharap akan sebuah janji

Kisah baru saat yang lalu ku akhiri.

Sebulat tekadku untuk menemuimu disini.

Menebus kerinduan yang tak terperi

Dan tak ku pungkiri kehadiranmu telah merubah segala ku sepanjang hari.

Dan namamu telah jadi penghuni satu sudut di hati

Deretan bidadari yang

Telah

Sedang

Dan akan

Kukagumi

Bahkan hingga detik ini

Saat ku goreskan dalam puisi

Agar kisah kita abadi.

Setidaknya rinduku terobati

Bila wajahmu datang menghantui

Dan ingatan membawaku kembali

Kenangan kisah yang kita jalani

Walaupun kita tak saling memiliki

***********&&&&&&*********

Camila suatu senja di djuanda(masbhay)
Camila suatu senja di djuanda(masbhay)
Camila.....kangenku terbayar sudah

Senja yang indah 

saat senyummu merekah

bidadari berkaos merah

Camila......rinduku telah punah .

Larut dalam pelukan hangat 

Dan lembutnya bibirmu saat kulumat

Dan sesaat kita lupa tempat

Dipelototi banyak mata yang melihat.

Ah peduli amat.....

Terlanjur 

Terjerat 

Hasrat

Tak peduli apa kata orang

Yang penting rindu kita hilang.

Hingga

 tak terasa mentaripun menghilang

Memaksa kita melangkah pulang

Tinggalkan pojok lapangan terbang

Sisakan jejak yang akan kita kenang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun