Mohon tunggu...
ARYA FRANS WOLEKA
ARYA FRANS WOLEKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : Bermain game, olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Sikap Individualisme terhadap Integrasi Nasional di Masa Kini

19 Oktober 2022   16:44 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:51 1982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Permasalahan yang akan saya ambil dalam penulisan esai kali ini adalah adanya ancaman terhadap Integrasi Nasional pada masa kini yang kemungkinan besar disebabkan oleh salah satu faktor berupa sikap individualisme.

Dari masa ke masa, banyak perkembangan dan perubahan yang selalu terjadi khususnya di negara Indonesia. Dimulai dari faktor perekonomian, pendidikan, teknologi, dan berbagai hal lainnya yang selalu mengalami perkembangan. Disini perlu kita sadari bahwa faktor-faktor tadi disebabkan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah dari pengaruh Globalisasi.

Menurut Budi Winarno, makna dan pengertian globalisasi sebenarnya tidak memiliki titik terang yang benar-benar pasti. Hal ini dikarenakan masing-masing kelompok mempunyai definisi yang didasarkan pada ruang lingkup ideologi dan perspektif masing-masing kelompok. Misalkan kita ambil salah satu contoh dari kaum skeptis. Berdasarkan Hirts & Thompson (1996), kaum skeptis memandang bahwa globalisasi hanyalah mitos karena sebenarnya bukan globalisasi ekonomi yang muncul, melainkan bentuk-bentuk regionalisme ekonomi. Namun demikian, terdapat salah satu ciri penting globalisasi yang menjadikannya pengertian secara umum. Hal itu adalah Globalisasi merupakan proses integrasi dan intrakoneksi internasional yang terjadi pada suatu wilayah, baik itu mengenai kebijakan, pandangan, pengetahuan, dan sebagainya.

Globalisasi ini berpengaruh positif dan juga negatif bagi ruang lingkup di sekitarnya. Pengaruh negative dari globalisasi yang perlu digarisbawahi adalah adanya pengaruh perubahan mindset dan juga kebiasaan dalam bertindak yang mengakibatkan suatu individu juga mengalami perubahan ketika mengambil suatu sikap dan menerapkan sikap tersebut.

Kata "Sikap" berdasarkan KBBI memiliki arti yakni perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian atau keyakinan. Sikap manusia sendiri merupakan suatu istilah yang digunakan oleh manusia untuk menggambarkan suatu respon individu terhadap suatu perihal, baik itu dari segi emosi, tindakan, ataupun berbagai bentuk lainnya. Sikap manusia bagi tiap insannya memiliki perbedaan dan juga keunikannya tersendiri. Tentunya sikap manusia yang kompleks dibentuk dari berbagai faktor pendukung yang hadir memengaruhi seorang individu tersebut.

Hal yang menarik dan perlu diperhatikan dari sikap manusia ini adalah bahwa sikap manusia sejatinya sangat korelatif dengan hasil dari kepribadian individu tersebut. Dikutip dari buku Syukron Jazil yang berjudul "Memanusiakan Manusia dalam Konteks Kemanusiaan", dinyatakan bahwa sikap manusia merupakan hasil dari kepribadiannya, dan kepribadiannya menunjukkan sikap. Hal itu didasarkan pada kepribadian diri manusia yang memang merupakan sebuah konsistensi diri yang salah satu variabelnya merupakan sikap dari individu itu sendiri.

Sikap yang akan dibahas adalah sikap individualisme. Sikap individualisme adalah sikap yang mulai bermunculan khususnya pada masa kini dikarenakan adanya pengaruh globalisasi yang salah satunya membawa perkembangan teknologi dan berdampak kurang baik bagi kepribadian dan sikap seorang individu. Dikutip dari buku "Geladi: Gelora Digitalisasi", Individualisme merupakan sikap individu manusia yang mandiri tetapi lebih mementingkan kepentingan diri sendiri tanpa adanya memedulikan kebutuhan orang lain. Ditambah lagi perkembangan pada tiap daerah terpusat pada suatu wilayah dan akhirnya menimbulkan sikap individualisme cukup tinggi oleh karena perkembangan daerah kota yang terpusat itu secara tidak langsung membuat intensitas interaksi sosial dengan sesama menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang memerlukan waktu yang terbatas untuk melakukan kegiatan dengan skala prioritas mereka, salah satunya bekerja. Di daerah perkotaan, kebanyakan orang sudah pasti lebih memilih menggunakan waktunya untuk bekerja dan mencari uang ketimbang menggunakan waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Contoh sederhana lainnya terlihat bahwa pada masa kini, anak-anak di jenjang SD ke bawah sudah mulai jarang terlihat bermain bersama ataupun bermain di lingkungan sekitar rumahnya. Tentunya hal ini secara tidak langsung berdampak pada rasa kepedulian terhadap sesama ataupun lingkungan sekitar menjadi berkurang.

Berkaitan dengan integrasi nasional, integrasi nasional terdiri dari kata "Integrasi" dan "Nasional". Kata integrasi merupakan memadukan/menggabungkan. Sedangkan kata nasional adalah bangsa. Maka demikian, integrasi nasional merupakan proses memadukan/menggabungkan suatu hal dalam bangsa. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional memiliki arti politis dan antropologis. Arti dari politisnya adalah penyatuab berbagai kelompok sosial budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional. Sedangkan pengertian antropologisnya adalah penyesuaian antar unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat. Integrasi nasional dapat terbentuk oleh karena beberapa hal, yakni setiap anggota masyarakat bisa saling kebutuhan antar kelompok, terjadinya suatu kesepakatan bersama, norma dan nilai sosial menjadi aturan baku, adanya semangat persatuan, prinsip kehidupan berbangsa yang sama, adanya solidaritas dan kerja sama, serta adanya rasa senasib sepenanggungan.

BAB II

PEMBAHASAN

 

Berdasarkan dari beberapa teori dan fakta yang sudah saya jabarkan sebelumnya, saya dapat membuat sebuah pernyataan bahwa sikap Individualisme oleh seorang individu mampu menjadi ancaman bagi integrasi nasional yang sejatinya susah untuk diamati dan diketahui dengan mudah. Proses pemahaman ini sebenarnya cukup panjang sehingga dapat benar-benar berdampak bagi integrasi nasional ini. Hal ini berawal ketika lingkungan negara Indonesia yang notabene nya merupakan negara yang sangat Kolektivis dan bukan negara yang Individualis malah berubah orientasinya ke arah individualis. Berikut saya cantumkan data mengenai perbandingan data antara negara Indonesia dengan Amerika yang merupakan negara Individualis dan China yang merupakan negara Kolektivis.

Sumber: https://www.hofstede-insights.com/product/compare-countries/

Dari perbandingan data disini, sebenarnya negara Indonesia memiliki tingkat individualisme yang paling sedikit dibandingkan 2 negara lainnya. Namun demikian, perlu dilihat bahwa tingkat kepuasaan dan orientasi jangka panjang bangsa Indonesia cukup kurang. Dari data ini maka bisa terjadi kemungkinan bahwa bangsa Indonesia ini dapat mengalami kenaikan persentase pada angka individualisme.

Apabila dianalisa lebih jauh, maka perkembangan zaman termasuk globalisasi dapat menjadi faktor penting yang memengaruhi tingkat individualisme bangsa Indonesia ini. Berdasarkan pada jurnal milik Kashima, menyatakan bahwa ada kemungkinan seperti modernisasi yang akan memengaruhi kultur sosial dan budaya di suatu wilayah. Hipotesis tersebut mendukung akan probabilitas terjadinya peningkatan individualisme khususnya bagi warga negara Indonesia. Adanya kemungkinan peningkatan angka individualisme ini sebenarnya tidaklah baik bagi bangsa Indonesia. Oleh karena hal ini bertentangan akan beberapa pendapat, seperti kultur budaya bangsa, kebiasaan, dan berbagai hal lainnya yang memang sudah terbentuk sejak lama ataupun karena adanya kesepakatan bersama saat dahulu kala. Permasalahan mengenai sikap individualisme juga sempat terlihat jelas melalui salah satu kasus yang diredaksikan oleh detikNews, dimana terdapat seorang nenek yang bersengketa dengan anggota keluarganya sendiri yang sangat disayangkan harus dibawa melalui jalur hukum. Hal ini menjadi salah satu contoh sikap individualisme karena sebenarnya berdasarkan dari kultur budaya bangsa Indonesia selalu mengajarkan bahwa setiap permasalahan khsususnya pada keluarga dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan atau dengan bantuan pemuka agama dan lingkungan masyarakat. Akibat dari sikap individualisme dari seorang anggota keluarga nenek tersebut tidak terima, maka dibawa lah permasalahan ini melalui jalur hukum yang tidak perlu.

Untuk mendukung pernyataan ini lebih lanjut, kita harus melihat kembali ke dampak yang dapat ditimbulkan melalui teori dari Globalisasi ini sendiri. Dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh globalisasi khususnya pada perkembangan teknologi adalah kesulitan bersosialisasi secara langsung karena terlalu lama mengurung diri dengan gadget yang dimiliki. Adapun penggunaan media sosial yang tidak sepenuhnya bermanfaat karena hal itu juga akan mengurangi intensitas interaksi sosial secara langsung oleh seorang individu. Bisa dilihat melalui data pengguna media sosial, sebagai berikut.

statistik-2-634fc65c1c59b70a1063ec22.png
statistik-2-634fc65c1c59b70a1063ec22.png

Sumber: https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-capai-191-juta-pada-2022

Melalui data ini, bisa diketahui bahwa dari waktu ke waktu perkembangan jumlah penggunaan media sosial saja sudah cukup berkembang secara pesat dan luas. Mengacu pada pernyataan sebelumnya bahwa media sosial tidak sepenuhnya bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, maka dapat diketahui bahwa beberapa perihal tadi menjadi faktor awal munculnya sikap individualisme yang tidak sengaja terbentuk oleh karena kondisi lingkungan sekitar yang membuatnya menjadi demikian.

Lantas apa hubungan antara sikap individualisme dengan integrasi nasional yang dapat terancam oleh sikap ini? Jawaban ini dimulai dengan dasar bahwa Integrasi nasional sejatinya memiliki esensi utama berupa rasa kepedulian dan kebersamaan/solidaritas yang dialami oleh bangsa Indonesia pada kala itu secara keseluruhan. Esensi ini bisa diketahui dengan melihat dari beberapa faktor pendorong terbentuknya integrasi nasional yang telah saya sebutkan sebelumnya. Untuk itu, hubungan antara sikap individualisme dengan integrasi nasional menjadi cukup erat kaitannya. Perlu diingat bahwa sikap individualisme ini saja sudah berakibat buruk pada kepekaan dan juga kepedulian seorang individu terhadap lingkungan sekitarnya. Otomatis seorang yang individualis akan memiliki rasa solidaritas yang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang sering bersosialisasi. Mengacu kembali pada esensi utama integrasi nasional, dampak buruk pada sikap individualisme ini tidak hanya memberi efek bagi individu tersebut saja, melainkan juga terhadap keberlangsungan integrasi nasional bangsa Indonesia.

  

Bab III

Kesimpulan

Berdasarkan dari analisa akan sikap individualisme dengan integrasi nasional, maka dapat saya simpulkan bahwa ancaman integrasi nasional pada masa kini oleh sikap individualisme itu benar adanya. Tanpa adanya kesadaran yang penuh akan dampak dan juga terlalu berfokus pada diri sendiri, maka jelas kemungkinannya bahwa ancaman akan integrasi nasional itu benar-benar terjadi. Untuk itu, sebagai warga negara Indonesia sebaiknya kita harus selalu sadar dengan terbuka melihat hambatan integrasi nasional secara keseluruhan dan juga selalu menerapkan perilaku bela negara agar integrasi nasional dapat selalu tercipta serta terjaga dengan baik di era modernisasi dan globalisasi ke depannya.

Daftar Pustaka

Jazil, Syukron. (2020). Memanusiakan Manusia dalam Konteks Kemanusiaan. Bogor: Guepedia Group.

Sikap. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 18 Oktober 2022, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sikap

Winarno, Budi. (2008). Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Hirst, Paul & Grahame Thompson. (1996). Globalization in Question. Cambridge: Polity Press.

UIN Walisongo. (2022). Geladi: Gelora Digitalisasi: Graflit. Jakarta: Penerbit Anagram.

Kashima, Y., & Kashima, E. S. (2003). Individualism, GNP, climate, and pronoun drop: Is individualism determined by affluence and climate, or does language use play a role? Journal of Cross-Cultural Psychology, 34(1), 125--134. https://doi.org/10.1177/0022022102239159

Mujiwati, Yuniar. (2020). Serba-Serbi Wawasan Kebangsaan dalam Konteks : Demokrasi, Kewarganegaraan, hingga Integrasi Sosial. Pasuruan: Lembaga Academic & Research Institute.

https://news.detik.com/berita/d-1385249/budaya-timur-terkikis-individualisme-meningkat. Diakses pada 19 Oktober 2022, pukul 20.39 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun