Mohon tunggu...
ARYA FRANS WOLEKA
ARYA FRANS WOLEKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : Bermain game, olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Sikap Individualisme terhadap Integrasi Nasional di Masa Kini

19 Oktober 2022   16:44 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:51 1982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Berdasarkan dari beberapa teori dan fakta yang sudah saya jabarkan sebelumnya, saya dapat membuat sebuah pernyataan bahwa sikap Individualisme oleh seorang individu mampu menjadi ancaman bagi integrasi nasional yang sejatinya susah untuk diamati dan diketahui dengan mudah. Proses pemahaman ini sebenarnya cukup panjang sehingga dapat benar-benar berdampak bagi integrasi nasional ini. Hal ini berawal ketika lingkungan negara Indonesia yang notabene nya merupakan negara yang sangat Kolektivis dan bukan negara yang Individualis malah berubah orientasinya ke arah individualis. Berikut saya cantumkan data mengenai perbandingan data antara negara Indonesia dengan Amerika yang merupakan negara Individualis dan China yang merupakan negara Kolektivis.

statistik-1-634fc64b4addee5f4f75e0a2.png
statistik-1-634fc64b4addee5f4f75e0a2.png

Sumber: https://www.hofstede-insights.com/product/compare-countries/

Dari perbandingan data disini, sebenarnya negara Indonesia memiliki tingkat individualisme yang paling sedikit dibandingkan 2 negara lainnya. Namun demikian, perlu dilihat bahwa tingkat kepuasaan dan orientasi jangka panjang bangsa Indonesia cukup kurang. Dari data ini maka bisa terjadi kemungkinan bahwa bangsa Indonesia ini dapat mengalami kenaikan persentase pada angka individualisme.

Apabila dianalisa lebih jauh, maka perkembangan zaman termasuk globalisasi dapat menjadi faktor penting yang memengaruhi tingkat individualisme bangsa Indonesia ini. Berdasarkan pada jurnal milik Kashima, menyatakan bahwa ada kemungkinan seperti modernisasi yang akan memengaruhi kultur sosial dan budaya di suatu wilayah. Hipotesis tersebut mendukung akan probabilitas terjadinya peningkatan individualisme khususnya bagi warga negara Indonesia. Adanya kemungkinan peningkatan angka individualisme ini sebenarnya tidaklah baik bagi bangsa Indonesia. Oleh karena hal ini bertentangan akan beberapa pendapat, seperti kultur budaya bangsa, kebiasaan, dan berbagai hal lainnya yang memang sudah terbentuk sejak lama ataupun karena adanya kesepakatan bersama saat dahulu kala. Permasalahan mengenai sikap individualisme juga sempat terlihat jelas melalui salah satu kasus yang diredaksikan oleh detikNews, dimana terdapat seorang nenek yang bersengketa dengan anggota keluarganya sendiri yang sangat disayangkan harus dibawa melalui jalur hukum. Hal ini menjadi salah satu contoh sikap individualisme karena sebenarnya berdasarkan dari kultur budaya bangsa Indonesia selalu mengajarkan bahwa setiap permasalahan khsususnya pada keluarga dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan atau dengan bantuan pemuka agama dan lingkungan masyarakat. Akibat dari sikap individualisme dari seorang anggota keluarga nenek tersebut tidak terima, maka dibawa lah permasalahan ini melalui jalur hukum yang tidak perlu.

Untuk mendukung pernyataan ini lebih lanjut, kita harus melihat kembali ke dampak yang dapat ditimbulkan melalui teori dari Globalisasi ini sendiri. Dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh globalisasi khususnya pada perkembangan teknologi adalah kesulitan bersosialisasi secara langsung karena terlalu lama mengurung diri dengan gadget yang dimiliki. Adapun penggunaan media sosial yang tidak sepenuhnya bermanfaat karena hal itu juga akan mengurangi intensitas interaksi sosial secara langsung oleh seorang individu. Bisa dilihat melalui data pengguna media sosial, sebagai berikut.

statistik-2-634fc65c1c59b70a1063ec22.png
statistik-2-634fc65c1c59b70a1063ec22.png

Sumber: https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-capai-191-juta-pada-2022

Melalui data ini, bisa diketahui bahwa dari waktu ke waktu perkembangan jumlah penggunaan media sosial saja sudah cukup berkembang secara pesat dan luas. Mengacu pada pernyataan sebelumnya bahwa media sosial tidak sepenuhnya bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, maka dapat diketahui bahwa beberapa perihal tadi menjadi faktor awal munculnya sikap individualisme yang tidak sengaja terbentuk oleh karena kondisi lingkungan sekitar yang membuatnya menjadi demikian.

Lantas apa hubungan antara sikap individualisme dengan integrasi nasional yang dapat terancam oleh sikap ini? Jawaban ini dimulai dengan dasar bahwa Integrasi nasional sejatinya memiliki esensi utama berupa rasa kepedulian dan kebersamaan/solidaritas yang dialami oleh bangsa Indonesia pada kala itu secara keseluruhan. Esensi ini bisa diketahui dengan melihat dari beberapa faktor pendorong terbentuknya integrasi nasional yang telah saya sebutkan sebelumnya. Untuk itu, hubungan antara sikap individualisme dengan integrasi nasional menjadi cukup erat kaitannya. Perlu diingat bahwa sikap individualisme ini saja sudah berakibat buruk pada kepekaan dan juga kepedulian seorang individu terhadap lingkungan sekitarnya. Otomatis seorang yang individualis akan memiliki rasa solidaritas yang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang sering bersosialisasi. Mengacu kembali pada esensi utama integrasi nasional, dampak buruk pada sikap individualisme ini tidak hanya memberi efek bagi individu tersebut saja, melainkan juga terhadap keberlangsungan integrasi nasional bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun