Mohon tunggu...
Arya Fernandes
Arya Fernandes Mohon Tunggu... -

Lahir di kaki Merapi. Menghabiskan masa kecil di Bukittinggi. Memilih merantau ke Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Debat Politik dan Elektabilitas Calon Presiden*

11 Juli 2009   09:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:57 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedua, belum meratanya sebaran akses televisi bagi banyak pemilih di Indonesia. Mayoritas pemilih yang mempunyai banyak akses untuk menonton acara debat politik capres/cawapres umumnya adalah masyarakat yang tinggal perkotaan. Padahal, mayoritas pemilih dalam pilpres mendatang berada di pedesaan.

Ketiga, masih sedikitnya pemilih yang rasional. Sehingga motivasi dalam memilih capres/cawapres tidak didasarkan pada pertimbangan rasional tetapi pertimbangan tradiosional, seperti agama, kharisma, patron-klien, dan sebagainya.

Keempat, masih lemahnya pendidikan politik. Secara umum, masyarakat belum memberikan penilaian yang positif terhadap debat. Apalagi, debat politik masih dianggap tabu dan tak sesuai dengan nilai-nilai ketimuran.

Kelima, masyarakat sudah yakin dalam menentukan pilihan politiknya sebelum acara debat digelar (LSI, 2009), sehingga performa kandidat capres/cawapres dalam debat politik tak banyak mempengaruhi masyarakat untuk merubah pilihan politiknya.

Akhirnya, tiadanya korelasi antara debat dan elektabilitas politik menunjukkan betapa kita memang belum terbiasa dengan debat. Dan mungkin, karena elite politik kita juga belum siap berdebat di ruang publik. Mungkin nanti, bila pemilih rasional di Indonesia semakin meningkat dan pendidikan politik telah merata, debat adalah pilihan terbaik untuk "menguji" kualitas kandidat capres/cawapres. Sehingga performa kandidat dalam debat akan berpengaruh banyak pada tingkat elektabilitas kandidat. Dan debat politik bisa menjadi alternatif dan instrumen politik untuk mempengaruhi persepsi dan opini pemilih tentang kualitas debat capres/cawapres.

Peneliti Politik dan Media Charta Politika Indonesia

*Tulisan pernah dimuat di harian Jurnal Nasional pada Sabtu, 11 Juli 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun