Tiga hal yang membuat kami berlima selama ini happy adalah: Traveling, Makan dan Nonton bioskop.
Traveling dan makan okelah hampir semua orang suka, tapi nonton bioskop banyak pro dan kontra bahkan ada yang mengharamkan karena katanya menghabiskan waktu dua jam diruang tertutup untuk hal sia-sia.
Karena diharamkan oleh beberapa orang dekat akibat dianggap tak bermanfaat saya justru coba mencari manfaat dari nonton bioskop, sekeluarga. Nggak pernah sendirian apalagi sama pacar gelap.
Sejak anak-anak masuk usia SMP, sebulan dua kali kami sekeluarga mengunjungi bioskop ditempat-tempat berbeda.
Ada syarat setiap kami pergi ke bioskop yaitu: filmnya harus box office, film yang dinominasikan Oscar dan film yang diangkat dari Novel terkenal.
Dari syarat diatas, kadang satu bulan kami bisa nggak pergi ke bioskop karena nggak ada film yang sesuai kriteria. Tapi kalo film sesuai kriteria diputar di rentang waktu bersamaan maka kami bisa menonton bioskop tiap minggu.
Trus apa yang didapat dari dua jam nonton bioskop? Gelap, dibohongi sutradara dan kadang ada pesan atau gambar yang nggak sesuai budaya kita. Mudharat, Haram!
Justru dari kemudharatan itu saya merasa menuai hasilnya sekarang.
Memasuki usia dunia kerja, usia pemilih dan usia matang politik. Kami berlima termasuk anak-anak rasanya nggak mudah terjebak isu apapun yang hadir dilayar kaca apalagi di sosial media.
Sebelum masuk bioskop saya kadang remind: "Kita nikmati ceritanya ya, jangan baper!"
Saya bandingkan dengan beberapa orang yang  saban bertemu selalu bicara soal benar dan salah hanya karena berita, hanya karena gambar dan hanya karena kabar bohong.
Dibioskop kami berlima belajar membiasakan diri  bahwa dunia ini sepenuhnya sandiwara. Orang baik belum ketahuan buruknya, orang buruk belum terekspos kebaikannya.
Untuk memperpanjang atau merebut kekuasaan, kadang cerita dipenggal dalam sekian seri dan kesengsaraan dibungkus menjadi bahan simpati.
Nggak ada yang paripurna dari manusia kecuali ia mati. Selama manusia hidup apapun bisa terjadi. Bisa berubah baik, bisa berubah jahat.
Orang baik bisa mengaku khilaf saat ketahuan berbuat jahat, orang jahat bisa mengaku taubat saat ketahuan berbuat baik.
Buat kami, selama kenyataan tak melintas langsung nyata dihadapan, seluruh apa yang ada diluar itu adalah sebuah pertunjukkan bioskop yang ada sutradaranya.
Termasuk nggak baper jika ada yang kepleset lidah  mengaku kesambet. Biasa aja, karena mungkin besok giliran kita yang kesambet.
Dunia ini panggung sandiwara...
ceritanya mudah berubah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H