"Tolong isi pulsa di nomor ini. Nomor lama sudah hangus dan  gak bisa pake buat internet, karena nggak punya HP. Ini baru dapat HP dari orang  ngasih waktu ketemu di Rumah sakit--Sunaryo-!"
Pesan itu masuk tanpa membuat saya ragu. Padahal dijaman banyak penipuan  biasanya tak mudah bagi saya untuk percaya seseorang yang tiba-tiba meminta saya Memberi bantuan saldo pulsa dari nomor yang tak dikenal. Saya mencoba menghubungi nomor tersebut tetapi gagal terangkat. Beberapa kali dicoba namun  tak juga berhasil sampai saya berkesimpulan untuk mengirimkannya pulsa ke nomor tersebut tanpa perlu memastikannya. Di lain hari saya mencoba mengirimkan pesan namun direspon dengan centang biru saja. Pesan terkirim, dibaca namun tak ada balasannya.
Seminggu kemudian akun facebook Naryo aktif, ditandai dengan sebuah postingan yang muncul setelah berbulan-bulan tak ada segarispun kata-kata yang hadir di berandanya.
"AKU INGIN SEKALI MAKAN MIE AYAM PALING ENAK DI PASAR MINGGU, MUDAH-MUDAHAN Â ALLAH Â MENGIJINKAN!"
Lalu Ia menyebutkan nama restoran tempat mie ayam itu tersedia dan berikut alamat rumahnya yang terbaru meskipun dengan tulisan yang berantakan. Sepertiya stroke pada tubuhnya telah membatasi kemampuannya untuk sekedar mengetikkan huruf demi huruf. Saya mencoba menyapa lewat komentar tapi tak berbalas dan  langsung menghubungi nomor terakhir tetapi tetap tak berjawab.
Sore itu juga saya yang tengah berdinas di luar kota menghubungi restoran mie ayam yang disebut dalam beranda dan memesan beberapa porsi untuk Naryo dan seluruh keluarga. Notifikasi lima porsi mie ayam  terkirim beberapa saat dengan saya meminta pada penjual mie ayam serta pengirimnya untuk tidak menyebutkan nama saya sebagai  pemesannya. Beruntung teknologi perpesanan dan pengiriman telah demikian canggih sehingga pembayaran pembelian mie ayam berikut cara dan ongkos kirimnya demikian mudah dilaksanakan.
Menjelang tengah malam postingan kedua dari sahabat saya di beranda facebook berisi ucapan syukur. Tak ada foto dan tak ada emoticon apapun kecuali kata-kata terima kasih bahwa ia telah menerima dan menikmati mie ayam yang diimpikan dari seseorang tanpa menyebut nama.
Dari sudut kamar hotel saya tersenyum  membacanya tanpa mau membalas. Sudah suatu kebiasaan ketika saya Menyantuni atau membantu seseorang, meniadakan nama adalah suatu hal yang lebih membahagiakan karena Kebahagiaan itu bukan hanya milik penerima tetapi juga milik Pemberinya tanpa berharap puja-puji . Apalagi untuk seorang sahabat akrab SMA yang telah lama hilang dan dicari.
Larut dalam kesibukan pekerjaan diluar kota membuat saya terpaksa menunda untuk menyambangi alamat sahabat saya. Satu minggu kemudian barulah punya kesempatan menyusun waktu untuk berkunjung ke alamat yang tertulis terakhir dalam beranda facebook sahabat saya itu.
"Berita duka cita. Telah meninggal dunia sahabat kita SUNARYO subuh pukul 04:00 hari ini. Akan dimakamkan ba'da Djuhur di Pemakaman umum Kampung Kandang,"