"Tutup pintu toiletnya, kunci, siapapun bisa merusak keramik kamu kalau tetap kau buka!" pesan bu Idris kepada si Kribo sebelum berlalu.
Secepat kilat itu pula saya berlari kebawah pohon sirsak di tengah lapang dan menyandarkan tubuh sejenak sebelum kumandang azan maghrib datang.
Esok harinya saya hanya memandangi teman-teman mengadu biji asam mereka dengan ceria dan nampak keramik indah berkilat-kilat ketika mereka saling mendorong dalam kompetisi singkat itu.
Betapa bahagianya memiliki keramik-keramik itu. Betapa bahagianya mereka.
-From the desk of Aryadi Noersaid-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H