Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Terperangkap

24 Juli 2020   14:11 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya memiliki adik dan mulai membesar serta telah pindah ke lain tempat di Jakarta, kembali saya  bertanya pada ibu tentang apa gerangan  mahluk perempuan  yang menghuni kotak beton dibawah pohon asem di jalan dekat rumah. Ibu tersenyum dan mulai  bercerita.

"Dulu kakak lelaki tertuamu sebelum dititipkan ke nenek kamu di Semarang pernah bermain disana bersama teman-temannya. Mereka memanen beberapa buah asem yang berjatuhan lalu mengumpulkan biji-bijinya setelahnya. Nggak tahu kenapa malam harinya kakak kamu menangis sejadi-jadinya menjelang tidur. Ibu bapak bingung karena ia menunjuk lubang hidungnya yang terasa sakit. Kami membawanya ke RS Mintoharjo malam itu juga karena dia mula kesulitan bernafas,"

"Lalu apa yang terjadi, bu? Karena setan perempuan itu?" kejar saya

"Dokter menemukan dua butir biji asem yang menyangkut dipangkal hidung kakakmu, Dia tak melapor ke ibu atau bapak saat biji asem itu sengaja dimasukkan kedalam hidungnya lalu tak dapat mengeluarkannya. Mungkin karena takut,"

"Jadi?" tanya saya

"Ibu-ibu disana khawatir setelah peristiwa kakakmu. Untuk melarang kalian main disana itu susah. Ibu-ibu disana dulu sepakat untuk bikin cerita seram buat kalian!" ibu seingat saya tersenyum memandang saat itu.

"Jadi apa yang aku dengar waktu itu di kotak beton?"

"Ya suara anginlah. Mana ada suara perempuan nangis disiang bolong. Dasar anak kecil mau aja di bohongin." Ibu tertawa terpingkal-pingkal menyisakan rasa sesal saya yang terlanjur pecaya.

Kotak beton itu sudah terlanjur menakutkan saat  kami kembali berkunjung kesana saat dulu masih kecil baik  untuk berlebaran atau hal lain. saya tetap meminta ibu untuk jalan melambung menjauhi jalan itu.
     
"Dasar anak kecil!" sungut ibu saya kala itu.

Saya tak peduli, bayangan perempuan yang terperangkap di kotak itu masih juga menghantui meski saya tahu ceita yang sebenarnya.
--
HATI-HATI  MENANAMKAN CERITA PADA ANAK! WASPADALAH!

-From the desk of Aryadi Noersaid-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun