Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sosok Ibu di Danau Matano

22 Desember 2017   18:55 Diperbarui: 23 Desember 2017   02:28 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: indonesia-tourism.com

Usai shalat subuh saya mengelilingi tepi danau sendirian. Kota Soroako belum sepenuhnya siuman dari pelukan malam tetapi riak kecil ombak menepis kayu-kayu besi yang menghalanginya menyentuh tepian.

Mentari menyembul perlahan dan angin membawa hangat sinarnya membuat desir ditelinga.

Saya terus berjalan hingga menemui lorong yang berhujung tembok kayu membelok ke barat. Sementara dari ketinggian jalan yang menurun, Danau Matano tersembunyi diantara batas antar bilik rumah-rumah panggung. Kamera saya arahkan kesegala penjuru diawal pagi itu.

Senyum ibu tua menyambut saya ketika tiba diujung lorong dan ia menatap penuh rindu.

"Tidak ada yang bisa Anak dapatkan gambar Danau Matano dari lorong ini, mampirlah kerumah kami. Disana Anak bisa dapatkan gambar keseluruh danau, bisa lihat matahari bersinar tanpa penghalang!" Ibu tua menyambut saya dengan ajakan yang terasa tulus.

"Apa boleh saya masuk dan ambil gambar dari sana, Ibu?"

"Tentu saja nak, bebaslah ambil gambar. Rumah kami tidak cantik tapi Danau Matano membuatnya cantik!"

Sebuah undangan untuk masuk kerumahnya ditawarkan dan kemudian derit-derit kayu bersahutan dipijak kami berdua ketika menyongsong pintu depah rumah panggung diatas air yang menghadap ke Barat.

"Inilah surga kami nak, ambilah gambar sesukanya. Mama buatkan minuman hangat dulu,"

"Tidak perlu repot bu, saya sudah senang dibolehkan ambil gambar dari rumah diatas danau indah ini."

Dia memanggil dirinya Mama lalu menghilang ke dapur diujung rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun