Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Embun Ramadhan) Tunduk di Ketinggian

28 Mei 2017   14:42 Diperbarui: 28 Mei 2017   14:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Anda luar biasa, beberapa penumpang lain ada yang berpuasa tetapi mereka baru saja naik dari singapura, tidak seperti anda yang berpuasa sejak awal kita terbang bersama !” cetusnya.

“Tidak, mereka juga memulai puasa pada jam yang sama. Yang luar biasa adalah yang menciptakan saya dan anda. Dia tahu bahwa saya kuat untuk itu saya perintah itu ada. Sebetulnya dalam perjalanan ini saya dibolehkan untuk tidak berpuasa tapi saya tak punya alasan untuk tidak melakukannya. Lihat ini sudah hamper sebelas jam saya berpuasa dan tidak terjadi apa-apa pada saya,” lanjut saya lagi.

“Ya, anda malah kelihatan lebih segar dari saya,” seru dia sambil tersenyum.

Ia menggelengkan kepala lalu kembali melayani penumpang dengan sepenuh hati sampai Pilot mengumumkan berita pendaratan kepada seluruh penumpang. Ketika pesawat stabil terkoneksi di garbarata, pramugara favorit saya itu menghampiri dan membisikkan sesuatu takut terdengar oleh penumpang lain.

“Tetap disini dulu, saya siapkan sesuatu untuk anda!” bisiknya. Tak lama ia membawa satu tas putih besar yang isinya tak tahu entah apa.

“Ini tidak membahayakan saya kan sewaktu nanti lewat di custom gate?”

“Ooh..No..no..no..ini hanya untuk memastikan anda pulang dan tiba dirumah dengan selamat. Andai saja saya boleh memberikan property yang ada di pesawat ini untuk kenang-kenangan anda akan saya beri tapi semua itu milik perusahaan,” jawab dia sambil tertawa.

Saya bergerak paling akhir disambut salam para awak kabin yang lain. Satu orang awak kabin membantu menurunkan tas dan memaksa membawakan tas itu hingga pintu keluar pesawat meskipun saya menolaknya.

“Selamat sampai tiba di tujuan ya Mr Samson!” seru satu diantara mereka. Saya tertawa menyambut panggilan itu.

“Oh ya..semoga kita ketemu lagi ya. Saya kembali kepada Delilah dulu ya!” tawa pecah dari mereka.

Buat mereka puasa dalam kabin terttutup selama hampir sebelas jam adalah membutuhkan fisik yang luar biasa padahal Allah SWT mengeluarkan perintah hanya kepada Orang-orang yang beriman saja bukan sekedar orang Islam. Orang beriman itu tak ubahnya seperti orang-orang yang sudah terlatih seperti awak kabin pesawat yang mampu dan terlatih melayani penumpang sekian belas jam dengan segala beban yang harus dijalankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun