“Perjalanan masih lama, begitu juga waktu untuk nanti selesai puasa. Jika anda butuh sesuatu akan saya siapkan segera,” tawarnya.
“Tidak apa, terima kasih banyak. Anda baik sekali,” tutup saya lalu kembali meneruskan tidur.
Entah karena rajinnya sahabat pramugara saya itu, setiap saya beberapa kali terjaga dan membuka mata ditengah tidur selalu kebetulan ia melintas dan melihat saya terbangun. Dengan gerakan cepat ia menghampiri dan bertanya,
“Still Fasting, sir?” ia tersenyum tetapi dengan wajah yang agak keheranan.
“I am Oke,” jawab saya yang beberapa yang terpergok sedang terjaga oleh dirinya. Rasa lapar tak menghampiri, hanya sedikit rasa haus yang masih bisa ditangani.
Setelah delapan jam perjalanan pesawat mendarat di singapura untuk keperluan transit dan saya pergunakan untuk menunaikan shalat djuhur dan Ashar di kursi pesawat yang mulai kosong ditinggalkan oleh penumpang yang sampai di tujuannya, Singapura. Beberapa menit kemudian setelah menunggu, penumpang-penumpang baru tujuan Jakarta memasuki pesawat dengan bawaan mereka masing-masing. Awak kabin yang sama menyampaikan layanan khas mereka kepada seluruh penumpang sampai pesawat kembali mengudara.
Awak kabin kembali menawarkan makanan yang tersedia dan disambut penumpang dengan sukacita. Saya tetap menggelengkan kepala ketika pramugara yang melayani sejak berangkat kembali menawarkan makan sore.
“Anda tak merasa tersiksa merasakan lapar seperti ini, sir? tanya pramugara yang rupanya tak henti membujuk saya untuk makan.
“Mengapa tersiksa. Saya lebih tersiksa melihat anda yang melayani penumpang sejak kita berangkat di Airport asal. Tidak henti anda melayani penumpang, membantu menaikkan bagasi-bagasi berat keatas luggage box, melayani mereka makan, mengawasi kami ketika tidur, menghampiri penumpang saat tombol merah berbunyi, belum lagi anda bolak-balik memastikan toilet bisa berfungsi dan terjaga kebersihannya,”
“Tapi memang ini tugas saya lagipula saya tetap makan dan minum untuk melaksanakan itu semua,”
“Ini juga tugas saya, tugas dari Tuhan tanpa perwakilan. Beliau langsung yang meminta saya berpuasa..jika mampu..sekali lagi jika saya kuat. He is my Real Boss, saya harus patuh padanya!”