Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tuhan Hadir dalam Suara Adzan dan Lonceng Gereja

4 Agustus 2016   10:18 Diperbarui: 4 Agustus 2016   21:39 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuhan Hadir dalam Suara Adzan dan Lonceng Gereja | Wikimedia.com

Lelaki muda anak si pasien mulai mengerti, bagaimana ada sekelompok orang atas nama agamanya berkeliling menghampiri pasien yang seiman dengan data yang entah didapat darimana lalu berdoa untuk kesembuhan dengan cara dan doa yang  mereka yakini dapat membawa kesembuhan sekaligus menunjukkan kepada umat lain bahwa keyakinan mereka mungkin suatu saat bisa ditularkan.

“Saya menghargai doa-doa anda semuanya untuk bapak saya, tetapi manakala itu mengganggu orang lain saya tidak akan mengijinkannya!” cetus lelaki muda itu.

“Siapa yang terganggu pasti karena bukan seiman dengan kita,” pemimpin jemaat doa itu menjawab sehingga anak si pasien menolehkan wajahnya pada saya.

“Bapak-bapak, saya terganggu bukan oleh doa yang diucapkan, bukan oleh keyakinan yang dipercayai anda semua, saya terganggu karena doa-doa bapak dilantunkan demikian kerasnya, sedemikian menganggu hingga bapak saya yang baru pulih dari koma terbangun kaget dari tidurnya. Bisakan melembutkan suaranya… tak perlu  membisu tapi cukup lembutkan suaranya. Saya keberatan dan atas ijin keluarga pasien yang bapak-bapak doakan saya serahkan kepada security untuk meminta anda semua meninggalkan tempat ini!” Pungkas saya.

Dibantu security para rombongan seperti tak rela perlahan menyingkir berurutan, ada yang bersungut-sungut, ada yang tanpa ekspresi dan beberapa memandang sinis pada kami bertiga. Anak si pasien mengucapkan kata maaf pada saya begitu juga petugas security.

Tak lama kemudian di kamar sayup terdengar kumandang azan isya dengan merdunya entah dari masjid sebelah mana dan saya bertanya pada anak pasien sebelah saat ia tengah bersiap menyuapi makanan malam pada bapaknya.

“Sebagai seorang kristen apakah suara azan yang terdengar ini mengganggu kalian?”

“Suara yang indah pada ukurannya akan terasa indah bagi siapapun, dan suara seindah apapun yang melewati batas ukuran suaranya pasti akan mengganggu siapapun.” jawabnya

“Jadi andaikan setiap masjid menghentikan suara azannya apakah itu yang anda inginkan?” tanya saya. Lelaki itu menggeleng.

“Jika nggak ada azan, saya kadang lupa waktu sudah pukul berapa. Yang penting sebetulnya dari sekian banyak masjid bisa diukur sampai sebatas mana suara mereka menjangkau umatnya. Tidak perlu saling menyuarakan sejauh mungkin. Kalau suaranya berbarengan mungkin bisa terdengar bagus tapi kalau terdengar bersahut-sahutan ya sulit menikmatinya,”

“Jadi anda juga menikmati suara azan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun