Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Penyakit Mudik Koroner

7 Juli 2016   10:05 Diperbarui: 7 Juli 2016   10:51 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mudik? Nggak ada yang salah dengan mudik. Eksodus penduduk bukan asli Jakarta kembali ke kota asalnya masing-masing untuk sementara setiap tahun bukanlah barang baru. Sejak saya kecil sampai sekarang cerita mudik adalah cerita yang tak pernah henti dibicarakan sepanjang hidup.

Lalu kenapakah tahun ini begitu banyak cuitan seolah mudik kali ini lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya?.

Analisa Pribadi, saya ada beberapa penyebab mengapa mudik horor tahun ini terasa lebih ramai:

  • Amnesia sejarah. Sifat mudah lupa pada peristiwa yang lalu mudah menghinggapi kita semua sehingga cerita mudik yang macet berjam bahkan berhari-hari ditahun lalu tidak dijadikan referensi menilai situasi terkini. Kawan saya tahun lalu 2015 dari Jakarta ke Purwokerto harus menempuh perjalanan 38 jam lamanya. Begitu juga kawan saya lebih parah lagi di tahun 2014 dalam perjalanannya dari Jakarta ke Cirebon ia membutuhkan waktu hampir 28 jam lamanya. Horor tahun lalu dan tahun sekarang terasa lebih dramatis tergantung pengalaman macet individu tertentu ditahun sebelumnya.

  • Pengalaman individu tertentu yang sekarang lewat jalur utara menjadi referensi sehingga jika tahun lalu mereka mudik melewati jalur selatan tahun ini karena tergoda Tol jarak jauh alhasil merasakan kemacetan yang rasanya tiada banding.

  • Politis. Mungkin saja penilaian ini bisa terjadi karena bias pandangan politik. Imbas kontestasi perabutan kursi pemerintahan menjadikan isu mudik tahun ini lebih dramatis dibanding tahun sebelumnya. Bahan kritik itukan diperlukan untuk kebaikan dan ketidak mampuan pemerintah menjalankan kebijakan adalah titik bekal kemenangan para oposan di pemilu kedepan. Syah saja toh?

Tahun 2014 jumlah kendaraan yang mudik menurut catatan kemenhub sebanyak 2.27 juta kendaraan. Tahun 2015 jumlah kendaraan yang mudik sebenyak 2.37 juta kendaraan. Dengan asumsi pertumbuhan kendaraan sebanyak 12% pertahun di Jabodetabek maka ada kemungkinan 2.5 juta kendaraan melaju menuju kampung masing-masing tahun ini.

Tahun 2014 Jalan Tol Cipali belum beroperasi dan kemacetan terjadi ditempat klasik bernama Simpang Jomin hingga Patok besi di Pantura . Cuitan stress dan frustasi datang dari tempat ini dan puluhan wartawan televisi meletakkan OB Van mereka ditempat yang khusus ini memberitakan betapa kemacetan mudik lebih parah dari tahun sebelumnya dan menuai beberapa reportase lewat sesi wawancara dari pelaku mudik yang sedang frustasi ditengah kemacetan.

Tahun 2015 Jalan Tol Cipali dioperasikan dan simpang Jomin sukses melepaskan bebannya yang telah berlangsung puluhan tahun lamanya. Simpang Jomin menyerahkan Trophy biang kemacetan kepada Pintu Tol Pejagan yang sebetulnya sejak 2010 sudah menanggung beban kendaraan mudik ketika pertama kali dibuka. Tahun itu, kendaraan juga sedikit  mendapatkan siksaan di pintu tol Cikampek Km 78 dan Palimanan Km 189.

Tahun ini, 2016, Jalan Tol Cipali berubah menjadi Tol Cipalibre (Cikampek Palimanan, Brebes) dimana pertambahan panjang tol menjangkau hingga Brebes Timur. Kendaraan sudah bebas melaju sejak Cikampek hingga pintu tol palimanan. Pengembangan sistem pembayaran satu pintu sudah mulai dijalankan. Alhasil Trophy biang kemacetan harus dibagi bergilir kalau tidak mau dibilang diserahkan yaitu antara Pintu Tol Pejagan dan Pintu Tol Brexit.

Kawan saya yang asli Cirebon tahun ini sumringah, karena kisah suksesnya menempuh Cikarang- Cirebon hanya dalam waktu 3.5 jam saja. Kawan yang lain asli bandung sukses menempuh Jakarta-Bandung selama waktu yang sama. Dibandingkan dengan tahun lalu kisah ini adalah kisah sukses luar biasa tetapi sayangnya dia bukan merupakan obyek menarik untuk masuk TV. Kawan saya yang asli Purwokerto yang tahun lalu menempuh 38 jam, tahun ini tinggal di Jakarta karena tak mau mengulang hal yang sama.

Uniknya kawan saya asli Garut memberi berita segar tahun ini, Jalur Nagreg lancar dan ia dapat mencapai Garut hanya dalam hitungan 5 jam saja. Kemana mereka yang selama ini memadati jalur Nagreg pada H-3?. Jawabannya ada pada cuitan di sosial media yang ramai menceritakan soal horror kemacetan yang lebih hebat dibanding tahun lalu, mereka terkunci di tempat bernama BREXIT.

Iming-iming jalan Tol lurus hingga menembus Jawa tengah tanpa menyentuh jalan biasa di Jawa barat ternyata membuat timbunan kendaraan yang dipacu oleh jantung Jakarta berbondong-bondong meluncur memadati satiu titik bernama BREXIT di Brebes Timur  itu.

Ibarat darah, kendaraan dari Jakarta bebas melaju melewati pembuluh arteri bernama Tol CIPALIBRE. Mereka bebas menggelontor dengan kecepatan maksimal sesuai dengan besar  Cc kendaraan masing-masing. Kebanyakan pemudik melupakan jalan-jalan pembuluh kapiler yang bisa membawa mereka kekampung dengan lebih aman tanpa hambatan tetapi mereka memilih menggunakan jalur yang Utama untuk mendekati kampung halaman mereka masing-masing.

Di Brexit mereka lupa bahwa disana timbunan kolestrol sudah menunggu dan kelambatan laju alir kendaraan perlahan dan bahkan begitu cepat terkunci pada satu titik. Ketika terkunci, teriakan kebingungan menjadi-jadi. Panggilan emergency pun tak bisa menolong lagi.

Penyakit Mudik Koroner saban tahun akan terus berpindah, seiring bertambahnya panjang jalan Tol hingga titik terjauh di ujung pulau Jawa. Patut diduga, Mudik Koroner akan terjadi di Pemalang pada tahun depan karena sesuai janji menteri PUPR, akses ke Pemalang akan diselesaikan tahun depan.

Menarik ucapan yang disampaikan Menhub menaggapi kemacetan ini. “LEBIH BAIK MACET KENDARAANNYA DARIPADA MACET PROYEKNYA”. Ya, jalan Tol mau tak mau memang kebutuhan yang harus kita miliki dan salah satu solusi membantu alur distribusi kendaraan maupun logistik pulau Jawa.

 Ada baiknya semua jangan Amnesia sejarah, Jika tahun ini terasa perjalanan mudik jauh lebih berat, cobalah tahun-tahun besok anda yang ingin mudik bisa membasahi jalanan pembuluh kapiler seperti majalengka, Kawali, Rajadesa, Jonggol tembus ke ciamis, banjar dan lain lain dll yang siap menerima aliran rejeki anda, minimal setiap anda merasa lapar didaerah yang tak biasa dilewati para pemudik dan ingin makan mereka akan merasakan nikmatnya uang anda ketika mampir ke rumah makan mereka. Jangan khawatir, Pemda dibeberapa propinsi saat ini sudah lebih memperhatikan jalan diwilayah mereka apalagi saat arus  mudik berlangsung.

Jangan sampai tahun depan anda terkena lagi serangan Penyakit Mudik Koroner ya! Kami ingin melihat anda merasakan hari kemenangan dengan kelegaan bersama sanak keluarga.

Bukannya sombong, sekian lama saya mudik baik dihari H minus sekian sampai H minus segitu, saya tak pernah sekalipun kena macet. Resepnya, saya tak pernah tergoda mengikuti jalur dmana kolestrol menumpuk. Ada begitu banyak jalan lain di pulau Jawa ini yang memiliki pemandangan indah, coba saja, google map siap membantu anda. 

Selamat Hari Raya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun