Mohon tunggu...
Ary Adianto
Ary Adianto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Great Communicators

Let's talk about economics, history and geography.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Depan Suram Generasi Milenial?

28 Desember 2020   22:45 Diperbarui: 28 Desember 2020   22:55 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggaguran Menurut Tingkat Pendidikan dan Provinsi di Indonesia 2019 ( Source : Lokadata)

Sampai September, pengangguran kaum muda tetap tinggi jauh di atas angka populasi umum. Untuk mereka yang berusia antara 16 hingga 19 tahun, itu 15,9% dan untuk mereka yang berusia antara 20 hingga 24 tahun, itu adalah 12,5%.

Sebagian, tingkat pengangguran yang tinggi disebabkan oleh fakta bahwa pekerja muda cenderung terkonsentrasi di industri ritel, perhotelan, dan rekreasi, yang mengalami pukulan terberat dari penguncian COVID-19.

Terkadang, pengangguran pemuda diabaikan seolah-olah itu bukan masalah besar - ada persepsi bahwa mereka akan baik-baik saja karena mereka masih muda. Tidak apa-apa menjadi melarat saat Anda berusia akhir belasan atau awal 20-an, mengerjakan pekerjaan buruk dengan bayaran kecil, karena suatu hari Anda akan berhasil.

Bahkan ada perasaan bahwa memang seharusnya demikian; kaum muda hidup dengan makan indomie dan hidup dengan sepuluh teman sekamar, karena inilah jenis perjuangan pembentukan karakter yang Anda perlukan sebagai orang dewasa yang lebih dewasa.

Saatnya melepaskan mitos-mitos ini. Krisis setengah pengangguran akan memiliki efek jangka panjang pada kaum muda yang terpengaruh secara tidak proporsional bahkan setelah mereka mendapatkan pekerjaan. Mereka yang harus membangun resume mereka dengan pengalaman kerja yang berharga dan relevan malah memulai karir mereka dalam pekerjaan berkualitas rendah yang tidak akan membawa mereka ke peluang dengan gaji lebih tinggi.

Skill Tak Sesuai, Suplai Tenaga Kerja Tak Terserap

(Source : https://minutes.co/)
(Source : https://minutes.co/)

Kenaikan jumlah penganggur lulusan SMK dan Perguruan Tinggi dianggap sebagai buah dari belum terbentuknya keserasian antara sisi suplai dan permintaan tenaga kerja di Indonesia.

Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menduga setidaknya ada dua sebab utama naiknya penganggur terdidik dan terampil. Pertama, bisa jadi para lulusan Perhuruan Tinggi terlalu memilih pekerjaan yang hendak dijalani selepas dunia pendidikan lantaran gengsi.

Kedua, ada kemungkinan kemampuan atau skill yang dimiliki lulusan SMK dan Perguruan Tinggi tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Hal ini diharapkan bisa dicarikan solusinya oleh pemerintah.

“Ini menunjukkan bahwa semakin besar tantangannya. Mulai dari kecocokan skill yang diperoleh, permintaan dunia kerja, nah ini link and match-nya belum terbangun. Banyak mungkin institusi pendidikan masih menggunakan kurikulum yang mungkin nanti tak lagi digunakan industri,” tuturnya.

Penggaguran Menurut Tingkat Pendidikan dan Provinsi di Indonesia 2019 ( Source : Lokadata)
Penggaguran Menurut Tingkat Pendidikan dan Provinsi di Indonesia 2019 ( Source : Lokadata)
“Laju industri pengolahan tak mampu mengimbangi relatif tingginya porsi pengangguran lulusan SMK dan universitas. Apabila kita membayangkan pendidikan vokasi yang ideal, itu kan salah satunya di Jerman. Sebagai negara industri, di sana industrinya tumbuh sehingga lulusan SMK-nya selalu diserap. Sementara itu, di Indonesia industrinya tidak tumbuh-tumbuh,” tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun