Mohon tunggu...
Bonifasius Aryadi
Bonifasius Aryadi Mohon Tunggu... -

Laki2 saat ini bekerja disebuah perusahaan MNC disemarang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka untuk Ketua Umum PDIP

9 Oktober 2015   22:13 Diperbarui: 9 Oktober 2015   22:31 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Surat terbuka untuk Ketua umum PDIP ttg pengajuan RUU oleh anggota DPR yang bermaksud 'membunuh' KPK

Ibu Megawati yth,

Pekan ini hati saya risau dan miris mengetahui melalui beberapa portal berita bahwa 15 anggota DPR dari fraksi PDIP bersama dengan fraksi lain sehingga jumlahnya 45 menjadi motor penggerak inisiasi perubahan RUU KPK yg tujuannya 'membunuh KPK'.

Dan tak kalah heroiknya, dalam berita lain, ketika salah seorang anggota DPR dari partai anda dengan 'pede' mengatakan bahwa 109 orang anggota fraksi pdip akan total allout mendukung RUU KPK akan selesai akhir tahun ini yg tinggal kurang dari 80 hari.

Bu Mega saya mau bertanya apakah anda tahu tentang manuver2 anggota dari partai anda ini? Apakah ini arahan dari anda sebagai ketua umum yang juga saya kenal sebagai anak dari Soekarno Presiden RI yg sangat saya hormati?

Saya mengajak anda untuk merefleksi pemilu tahun 1999 lalu ketika pdip menjadi pemenang pemilu tetapi lima tahun kemudian dihukum oleh para pemilihnya karena sikap para petugas partai yg mengelola jabatan publik tidak becus dan membuat partai terpuruk karena partai menyakiti rakyat yg dulu mempercayainya.

Dalam beberapa kesempatan anda mengakui kesalahan dan melakukan perbaikan2 internal dan ini anda klaim dgn kemenangan pada pemilu 2014.

Pemilu 2014 baru satu tahun lalu namun sepertinya partai anda akan mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan pada era setelah pemilu 1999-2004 yaitu pengingkaran pembelaan pada rakyat!

Aksi anggota DPR dengan yang dimotori oleh anggota fraksi PDIP benar2 tindakan bodoh dan konyol. Saya yang memilih anggota dpr dari partai anda tidak pernah sekalipun menitip pesan pada para wakil rakyat itu untuk melemahkan KPK.

Penguatan kepolisian dan kejaksaan yang selama ini digembar gemborkan itu sebagai alasan pembenar karena KPK lah yg kinerjamya lebih baik dan itu harus diakui dengan lapang dada. Seharusnya anggota fraksi anda mendorong polisi dan jaksa agar mempunyai kinerja seperti kpk sehingga komitmen pemberantasan korupsi bisa lebih baik. Disamping ada yg perlu diperbaiki pada KPK tetapi bukan dilemahkan.

Bu Mega, buka mata telinga dan hati anda bahwa aksi2 anggota dpr itu adalah pengingkaran dari Trisakti dan Nawacita yang selalu anda dengung dengungkan selama ini. Jika masih hidup ayah anda akan sangat masgul dan menyesal karena tahu bahwa terminologi Trisakti dan Nawacita sudah diputarbalikkan oleh partai yg dipimpin anaknya sendiri,

Sebagai ketua umum partai yg paling lama sebaiknya anda ingatkan diri anda untuk mengukir kehidupan anda dengan sesuatu yang indah karena bisa jadi anda sudah tidak menjadi ketua umum periode selanjutnya karena kalau tidak anda akan saya ingat sebagai ingatan yg paling buruk bila mengenang salah satu nama di republik ini.

Saya mengajak Ibu menjadi pemenang bukan pecundang... Saya mengajak anda untuk dikenang sebagai pembangun moralitas negara bukan penghancur moralitas negara...

Namun bila anda tidak mau maka yang akan saya lakukan dalam waktu dekat adalah memboikot calon2 yg diusung oleh pdip dalam pilkada serentak tahun ini, 2017 dan pemilu 2019 dan dengan bangga saya akan mengatakan selamat tinggal pada partai yang selalu membawa tag line partainya wong cilik namun kini semua wong cilik mempertanyakan tag line itu!

Surat dengan substansi sama sudah dikirimkan pada Pak Jokowi dan kemungkinan pada partai lain yg menjadi koalisi anda,

Semoga kehendak Tuhan membuka mata hati untuk menghentikan tindakan2 yang tidak benar tsb.

Salam dari wong cilik (benar2 cilik) di Semarang

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun