Mohon tunggu...
arya baharu
arya baharu Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universitas Jember

Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Money

Perencanaan dalam Pengembangan Kawasan Jagung sebagai Pemenuhan Bahan Baku Industri Pakan di Kabupaten Ciamis

21 Juni 2020   10:25 Diperbarui: 21 Juni 2020   10:37 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang multiguna yang mengandung karbohidrat tinggi digunakan baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku berbagai industri pengolahan. Pada awalnya jagung diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sebagai salah satu makanan pokok pengganti beras dibeberapa daerah. Namun dalam perkembangannya jagung telah menjadi salah satu komoditas pangan yang penting dalam perdagangan produk pertanian. Konsumsi jagung mengalami pergeseran yang cukup signifikan yaitu pada tahun 1990 penggunaan jagung didominasi untuk memenuhi konsumsi langsung sebanyak 86 persen, lalu pada tahun 2005 penggunaan jagung kurang darj 50 persen karena lebih banyak digunakan untuk bahan baku industri pangan yaitu sebanyak 22,88 persen dan digunakan untuk pakan sebanyak 41,61 persen. 

Peningkatan permintaan jagung terutama disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan bahan baku industri pangan dan pakan. menurut data BPS pada periode 2003 sampai 2013 terjadi peningkatan produksi jagung yang sangat signifikan yaitu pada tahun 2003 produksi jagung di Indonesia mencapai 10,8 juta ton dan pada tahun 2013 menjadi 18,5 juta ton. Pada tahun 2007 di Indonesia sangat membutuhkan jagung sebanyak 4,20 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam industri produksi pakan dikarenakan terjadi peningkatan dalam permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pakan. Tetapi pada tahun 2008 impor jagung mencapai 260 ribu ton,lalu pada tahun 2011 impor jagung mengalami peningkatan sehingga impor mencapai 3,21 juta ton,dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 2,9 juta ton.

Terdapat beberapa daerah yang menjadi penghasil jagung salah satunya adalah di kabupaten ciamis, kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah yang menjadi penghasil jagung di Provinsi Jawa Barat dengan 5,69 persen kontribusi produksinya terhadap produksi Jawa Barat (BPS 2011). Dari data BPS pada tahun 2009 sampai 2013, pada periode 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan produksi dari 33.965 ton pada tahun 2007  dan mengalami kenaikan menjadi 51.129 ton di tahun 2012 yang dihasilkan dari lahan dengan rata-rata luas tanah yaitu 4.500 ha. Penyebab terjadinya peningkatan produksi Jagung yaitu dikarenakan semakin berkembangnya industri pada sektor pakan dan peternakan di Kabupaten Ciamis sendiri. Di kabupaten Ciamis rata-rata memiliki populasi ayam ras petelur  dan ras ayam pedaging berdasarkan data BPS Kabupaten Ciamis pada tahun 2008-2013 masing-masing mencapai 13,15 juta ekor. 

Dengan jumlah populasi tersebut rata-rata jagung yang di gunakan untuk mencukupi pakan untuk ayam tersebut mencapai 17 ribu ton. Sesungguhnya kebutuhan jagung sudah terpenuhi di Kabupaten Ciamis, akan tetapi industri pakan ternak dan peternakan di Kabupaten Ciamis masih tetap mendatangkan jagung dari daerah lain untuk menjaga dan memastikan ketersediaan bahan baku. Maka dari itu dibuatlah suatu kawasan pengembangan produksi jagung untuk memastikan ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk konsumsi maupun untuk industri. 

Dengan adanya kawasan pengembangan berbasis komoditas jagung ini menjadi solusi untuk memudahkan industri pakan memperoleh bahan baku. Seperti yang telah terdapat dalam Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan satu tujuan bahwa sebuah pembentukan kawasan merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi pasar dalam negeri (Bappenas 2004). Dalam kawasan yang telah dibuat ini di harapkan dapat menjadi sebuah penggerak perekonomian wilayah yang bersifat keterpaduan dan pengembangannya meliputi suatu kawasan. Namun tetap dibutuhkan suatu strategi untuk memastikan kawasan ini dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan dan diharapkan. Maka dari itu dibutuhkan suatu perencanaan yang matang dan terstruktur dalam pengembangan kawasan tersebut.

Pembahasan

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebuah ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung di Kabupaten Ciamis, menganalisis tipe kawasan jagung yang dapat di kembangkan di Kabupaten Ciamis, dan menganalisis strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas jagung di dalam Kabupaten Ciamis. Dalam pelenelitian ini di lakukan di Kabupaten Ciamis pada bulan September sampai Desember tahun 2014. Cara untuk mendapatkan peta ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung yaitu peta kesesuaian lahan yang bertujuan untuk pertanian lahan kering (skala 1:250.000), peta penggunaan lahan pada tahun 2012 (skala 1:50.000), peta rencana tata ruang (RTRW) tahun 2011-2031 dengan skala (1:25.000) dengan menggunakan software Geographic Infor- matioin System (GIS). Teknik yang di lakukan oleh Nurhayati dan Baja pada tahun (2013) dengan menggunakan spatial matching di antara peta kesesuaian lahan dan peta ketersediaan lahan untuk mendapatkan sebuah lahan yang sangat berpotensi untuk di kembangkan jagung. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang di gunakan untuk mendapatkan sebuah persepsi yang ahli dalam analisis strategi pengembangan kawasan dengan Ana- lytical Hierarchy Process (AHP). Gambar alur Penelitian dapat di lihat di bagan berikut:

Dalam penggunaan lahan dan pengembangan sebuah jagung di lakukan pada:

  • Sebuah pertanian yang lahannya kering
  • Sebuah sawah, yang di lakukan dengan memanfaatkan masa bera pada sawah yang irigasi, dan masa kemarau pada sawah tadah hujan
  • Sebuah tanah yang terbuka
  • Semak berlukar

Yang telah di jelaskan dalam Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Ciamis, dalam pengembangan jagung yang dilakukan di sebuah kawasan budidaya dengan alokasi:

  • Pertanian yang lahannya kering
  • Lahan sawah, di luar Kecamatan Purwadadi, Lakbok, dan Banjarmasin. Wilayah tersebut sudah di tetapkan sebagai lumbuh padi Kabupaten Ciamis, sehingga dalam menjaga semua ketahanan pangan maka wilayak tersebut tidak termasuk untuk sebuah pengembangan jagung.
  • Perkebunan
  • Hortikultura

Dalam sebuah penilaian tipe kawasan yang di lakukan dengan 3 parameter yaitu dengan ketersediaan lahan, produktivitas jagung, kelengkapan sebuah fasilitas pertanian. Hal yang perlu di gunakan untuk mendapkan peta kasawan yaitu dengan peta ketersediaan, data produktivitas jagung BPS pada tahun 2008-2013, data jalan,  irigasi, dan data PODES 2011 untuk mendapatkan data kelengkapan fasilitas pertanian pada setiap kecamatan di Kabupaten Ciamis. Penilaian sebuah kawasan dilakukan pada hasil overlay pada peta kesesuaian lahan, peta produktivitas, dan peta kelengkapan fasilitas, sengan kriteria.

Sebuah penentuan tipe kawasan di tentukan melalui jumlah sekor dari masing-masing kriteria seperti Tipe kawasan sama dengan skor kesesuaian lahan di tambah skor produktivitas di tambah sekor kelengkapan fasilitas dimana:

Tipe kawasan = 3 - < 5, maka kawasan pertumbuhan

Tipe kawasan = 5 -- 7, maka kawasan pengembangan

Tipe kawasan = 7 -- 9, maka kawasan pemantapan

 Pengembangan analisis strategi kawasan dilakukan pada setiap kawasan jagung. AHP merupakan sebuah teori pengukuran relatife pada kriteria yang bisa di ukur ataupun kriteria yang tidak bisa di ukur menggunakan penilaian perbandingan berdasarkan pendapat para ahli Ozdemir dan Saaty (2006). Analisis ini berguna untuk mengetahui persepsi stakeholder untuk menentukan sebuah prioritas strategi pengembangan kawasan jagung yang berada di Kabupaten Ciamis pada tiga tipe kawasan. 

Skema hirarki yang terbentuk yaitu tujuan sebuah strategi pengembangan yang terbagi menjadi empat kriteria yaitu kriteria SDA, Kriteria SDM, kriteria Infrastruktur, kriteria kelembagaan. Setiap kriteria-kriteria mempunyai alternatiife masing-masing seperti kriteria SDA yang mempunyai alternatife pengelolahan tanah, sumber daya air, dan agroklimat. Kriteria SDM memunyai alternatife seperti diklat petugas lapangan, diklat petani, diklat pelaku usaha. Kriteria infrastruktur mempunyai alternatife yaitu pasar, modal, sarana dan prasarana, dan teknologi. Dan yang terakhir kriteria kelembagaan yang mempunyai alternatife yaitu penguatan kelembagaan pelayanan, penguatan kelembagaan Pembina, penguatan kelembagaan usaha, dan yang terakhir kemitraan.

Dalam ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung yang di peroleh yaitu 28.176 ha yang terdiri dari S2 (7.470 ha), S3 (20.705 ha) dan N (56.574), dan lebihnya merupakan lahan yang tidak tersedia untuk budidaya sebuah jagung seluas 75.008 ha. Berdasarkan data BPS tahun 2009 -- 2013, rata-rata luas areal tanaman jagung mencapai 6.061 ha. Kondisi ini menggambarkan potensi pengembangan jagung pada lahan kering di Kabupaten Ciamis masih sangat besar. Hasil dari analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung sebagai berikut:

Tipe kawasan Jagung rata-rata yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 64,64 ku per ha. Hasil dari perbandingan rata-rata produktivitas jagung pada tahun 2009-2013 (PBS) yang berada di Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat yang terdapat tuju kecamatan kecamatan yang produktivitasnya di bawah produktivitas provinsi dengan rata-rata 45,90-59,79 ku per ha, tuju dari kecamatan yang produktivitasnya sama dengan produktivitas provinsi dengan rata-rata produktivitas 62,49-64,37 ku per ha dan dua belas kecamatan yang produktivitasnya lebih besar dari produktivitas provinsi dengan rata-rata produktivitas 65,14 -- 72,12 ku per ha.

Kelengkapan Fasilitas Pertanian termasuk dalam pengelompokan hirarki wilayah Kabupaten Ciamis yang terbagi menjadi 3 hirarki yaitu:

  • Hirarki 1
  • Terdapat tiga kecamatan yang memiliki hirarki wilayah 1 atau berkembang (fasilitas per- tanian paling lengkap), yaitu Kecamatan Ciamis, Sukadana, dan Cimaragas. Wilayah ini memiliki indeks perkembangan (IP) > 42,48.
  • Hirarki 2
  • Terdapat sembilan kecamatan yang mem- iliki hirarki 2 atau relatif berkembang, yaitu Kecamatan Tambaksari, Panjalu, Purwadadi, Cihaurbeuti, Lakbok, Rajadesa, Rancah, Banjarsa- ri, Kawali. Wilayah ini memiliki IP antara 30,84 -- 40,97.
  • Hirarki 3
  • Terdapat 14 kecamatan yang merupakan wilayah berhirarki 3 atau belum berkembang, yaitu Kecamatan Sindangkasih, Panawangan, Cijeun- jing, Cikoneng, Cidolog, Lumbung, Cipaku, Pa- numbangan, Jatinagara, Baregbeg, Cisaga, Pamari- can, Sadananya, Sukamantri. Wilayah ini memiliki IP < 29,94.

Rustiadi et al (2006) mengatakan bahwa dalam sarana penunjang sangat di perlukan di karenakan menyangkut lokasi produktif , distribusi dan pemasaran produk atau komoditi. Sarana penunjang tidak menyebar secara merata dalam suatu sistem ruang, tetapi penyebarannya juga tergantung pada sebuah permintaan dan permintaan sangat tergantung pada konsentrasi penduduk. Dalam keadaan ini bisa mengakibatkan timbulnya hirarki pusat-pusat pelayanan. Dimana hirarki yang pusat pelayanannya lebih tinggi pasti memiliki sarana pelayanan yang lebih beragam dari pada pusat pelayanan yang berhirarki lebih rendah Rustiadi ar al (2006).

Pada permentan No. 50 tahun 2012, bahwa tipe kawasan jagung di bagi menjadi 3 yaitu yang pertama kawasan pertumbuhan, kedua kawasan pengembangan, dan yang terakhir kawasan pemantapan. Hasil dari penilaian overlay peta produktivitas jagung, skalogram, dan kesesuaian  dan ketersediaan lahan, didapatkan penge- lompokkan tipe kawasan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ciamis yaitu:

  • Kawasan Pertumbuhan:
  • Terdapat 15 kecamatan yang luasnya 15.671 ha termasuk Kecamatan Ciamis, Lakbok, Purwadadi, Pawangan, Sindangkasi Cikoneng, Lumbung, Cipaku, Jatinagara, Baregbeg, Cisaga, Pamarican, Sadananya, dan Sukamantri.
  • Kawasan Pengembangan:
  • Terdapat 20 kecamatan yang mempunyai luas sebesar 12.217 ha termasuk Kecamatan Ciamis, Sukadana, Cimaragas, Tambaksari, Panjalu, Purwadadi, Cihaurbeuti, Lakbok, Ra- jadesa, Rancah, Banjarsari, Kawali, Cijeunjing, Cipaku, Cikoneng, Cidolog, Jatinegara Panumbangan, Sadanya, dan Sukamantri.
  • Kawasan Pemantapan:
  • Terdapat 2 kecamatan yang luasnya 288,14 ha termasuk Kecamatan Sukadana dan Cimaragas.

            Dalam kawasan seluas 28.176,48 akan menghasilkan jagung sebanyak 171.453 ton. Produktivitas yang digunakan merupakan sebuah rata-rata produktivitas jagung di masing-masing kecamatan pada periode 2008-2012. Kebutuhan jagung yang berguna untuk bahan baku pakan ternak di wilayah ini akan terpenuhi, apabila tetap memperhatikan tentang penanganan pasca panen dan fasilitas penyimpanan (silo). Penyelenggaraan kawasan jagung terdapat:

Dari hasil analisis yang di dapat dari AHP pengolahan tanah yang dilakukan dengan tujuan yaitu kesuburan tanah, tindakan konservasi dan air. Dalam kawasan pertumbuhan di jelaskan bahwa kawasan yang di lakukan pada kawasan existing yang tidak berkembang di titik berat pada kegiatan on farm.

Pada tipe kawasan pengembangan terdapat sumberdaya manusia yang menjadi kunci dari organisasi melalui sumberdaya optimalisasi. Sumberdaya manusia menjadi penting agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani. Dalam petugas lapangan mempunyai tugas yang sangat penting di karenakan melalui penyuluhan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dalam strategi pengembangan kawasan jagung pada tipe kawasan pemantapan mempunyai pola kemitraan dalam usaha petani jagung yang mempunyai tujuan mengatasi kekurangan seperti keterbatasan modal dan teknologi petani kecil, peningkatan mutu produk, dan masalah pemasaran. Dalam kemitraan ini  juga bisa menjadi cara untuk jagung yang di hasilkan oleh petani dapat sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Critical Review

Dari ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung di Kabupaten Ciamis yang sudah di peroleh sudah cukup luas areanya tetapi pada kondisi ini masih saja Kabupaten Ciamis dalam pengembangan jagung yang kering masih sangat besar. Dan dari tipe kawasan jagung terbagi menjadi tiga yaitu yang pertama bisa di lihat dari rata-rata produktivitas jagung yang terdapat di Kabupaten Ciamis dan di Provinsi Jawa Barat sama-sama mempunyai tuju kecamatan yang produktivitasnya di bawah produktivitas Provinsi, tetapi dari dua belas kecamatan itu produktivitasnya lebih besar dari pada produktivitas provinsi dan menutur saya sudah layak untuk tipe kawasan jagung. Kedua kelengkapan fasilitas pertanian dimana dalam kelengkapan fasilitas pertanian terdapat sarana penunjang yang sangar di perlukan yang menyangkut pada lokasi produksi, dan hasilnya dari penunjangnya tidak menyebar secara rata dalam satu sistem, dan dari keadaan tersebut yang menimbulkan muncul hirarki-hirarki dari pusat pelayanan, yang dimana hirarki dari pusat yang lebih tinggi bisa mempunyai sarana pelayanan yang lebih banyak dan lebih beragam dari pada yang lebih rendah. Yang ketiga tipe kawasan jagung yang terbagi menjadi tiga yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan, dan kawasan pemantapan. 

Dalam produktivitas ini yang di gunakan yaitu pada rata-rata produktivitas jagung di masing-masing kecamatan. Apa bila di wilayah ini ingin kebutuhan jagungnya untuk pakan ternah terpenuhi maka yang di lakukan yaitu memperhatikan penanganan pasca panen dan fasilitas penyimpanan. Yang terakhir yaitu strategi pengembangan kawasan dimana berisi tentang kawasan jagung pada tipe kawasan pertumbuhan, kawasan jagung pada tipe kawasan pengembangan, dan kawasan jagung pada tipe kawasan pemantapan, dari tida kawasan jagung tersebut mempunyai pola pemitraan usaha tani jagung yang bertujuan untuk memajukan mutu jagung yang di hasilkan oleh petani itu  bisa sesuai dengan kebutuhan konsumen

Kesimpulan

Dari hasil kesimpulan yang di jelaskan di atas yaitu:

Ketersediaan lahan yang di gunakan untuk pengembangan jagung yaitu 28.176 yang terdiri dari S2, S3, dan N. Rata-rata luas yang di peroleh dari data BPS pada tahun 2009 sampai 2013 yaitu mencapai 6.061. maka dari kondisi tersebut mendampakkan bahwa potensi pengembangan jagung yang terdapat di Kabupaten Ciamis masih banyak lahan yang kering.

Dari kawasan jagung yang terdapat dari Produksi jagung, kelengkapan fasilitas pertanian, dan Tipe kawasan yaitu kawasan seluas 28.176,48 yang mendapatkan hasil jagung sebesar 171.453 ton. Pada tahun 2008 sampai 2012 produktivitas yang di gunakan yaitu produktivitas jagung yang terdpat di masing-masing kecamatan. Dalam kebutuhan jagung yang di gunakan untuk bahan baku pakan ternak apa bila ingin terpenuhi yaitu dengan cara memperhatikan penanganan pasca panen dan fasilitas penyimpanan.

Dan dalam strategi pengembangan kawasan pada prioritas pengembangan kawasan jagung di tipe kawasan pertumbuhannya yang merupakan kawasan yang dilakukan di kawasan existing. Dan pada proritas strategi pengembangan kawasan jagung di tipe kawasan pengembangan yaitu sangat penting bagi kualitas sumber daya manusia. Yang terutama pada petugas lapangan yang mempunyai peran penting untuk penyuluhan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Strategi pengembangan kawasan jagung pada tipe kawasan pemantapan yang mempunyai kemitraan agar dapat menjadikan hasil jagung petani menjadi sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun