Assalamualaikum wr.wb
Baik teman -- teman jadi kali ini saya akan berbagai wawasan tentang : Tradisi  menyambut sebelum datangnya Bulan Ramadhan. Bagi teman -- teman para sahabat dan siapa saja, baik yang sudah mengerti atau tidak, kalian harus baca artikel biar tahu tradisi menyambut sebelum datangnya Bulan Ramadhan, Okee tanpa basa -- basi langsung aja...
Ada juga tradisi yaitu Mengenal padusan, Menjelang bulan bulan ramadhan masyarakat khususnya yang akan mendatangi oleh masyarakat untuk melakukan suatu tradisi sebelum menjelang bulan ramadhan.
Tradisi yang banyak itu dilakukan khususnya oleh kalangan -- kalangan masyarakat di indonesia khususnya Jawa menjelang bulan ramdhan yang sering disebut padusan, ini merupakan suatu bentuk kearifan lokal yang masih dilestarikan dan makin ramai khusunya di masyarakat Jawa.
Tradisi ini berupa mandi di sumber mara air dengan tujuan dengan menyucikan diri. Pasdusan tidak hanya sekadar mandi biasa, filosofi dari tradisi padusan adalah untuk menyucikan diri serta untuk intropeksi apa kesalahan yang sudah dilakukan pada masa lampaunya. Padusan adalah bentuk dari media renungan ini yang dialkukan ritual padusan lebih dianjurkan dilakukan ditempat yang sepi bukan hanya tempat ramai saja seperti halnya sekarang, Romo Tirun, salah satu seorang kerabat keraotn menjelaskan, filosofi padusan adalah membersihkan diri sehingga ketika kita melakukan harus benar -- benar sesuai dengan ajaran agama. Kita harus berpakaian sopan dan tidak dilakukan dengan bercampur antara lawan jenis.
Padusan ini sudah ada pada sejak Zaman Hamengkubuwono I. Sejak saat itulah filosofi padusan menguat dan terus berjalan hingga saat ini masyarakat, maka dari itu tradii padusan ini disebut tradisi warisan leluhur yang sudah dilakukan turun temurun. Dijelaskan bahwa dulu itu, padusan dilakukan dengan berendam atau mandi air hangat dan ada juga di sumur -- sumur atau sumber mata air.
Asal mula kata padusan bagi yang tidak tau ytiut adus yang berarti Mandi/siram. Padian adalah tradisi masayarakat Jawa untuk menyucikan dirim membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan ramadhan.
Disebut juga padusan memiliki makna dan filosofi yang sangat dalam, tidak hanya sekadar bermain air atau mandi saja. Tujuannya itu dari tradisi khas Jawa, padusan adalah agar saat Ramadhan tiba, pelakunya bisa melaksanakan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin. Namun, sekarang padusan tidak harus dilakukan dengan mandi di sumber mata air melainkan sekarang sudah banyak juga yang melakukan di rumah masing -- masing.
Sejarah tradisi padusan ini, pada salah satu sendang yang konon katanya merupakan petilasasan Sunan Kalijaga, sendang Klangkapan berada di Dusun Klangkapan, Desan Margoluwih, Seyegan, sleman.
Ada lagi yang sering saya jumpai di desa saya di Bolo ujung pangkah Gresik, atau di daerah lain yang saya tidak sebutkan 1 per satu soalnya banyak tradisi sebelum menyambut Bulan Ramadhan yaitu Munggahan ini tradisi Jawa.
Masyarakat Jawa memilki tradisi unik dalam menyambut bulan Suci Ramadhan. Salah satunya tradisi munggahan atau punggahan. Dua tradisi ini merupakan tradisi yang sama hanya berbeda wilayah.
Munggahan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Sudna di Jawa Barat, sedangkan punggahan adalah sebutan untuk tradisi yang dilakukan di pulau Jawa secara keseluruhan.
Mengutip laman resmi Kabupatn Kebumen, Punggahan berasal dari kata Munggah (bahasa Jawa) yang berarti naik. Artinya, masuknya Ramadhan perlu di sambut dengan meningkatkan keimanan.
Punggahan  bertujuan mengingatkan umat Islam bahwa ramadhan sebentar lagi datang. Demikian juga sebagai ajan mendoakan orang -- orang yang tela meninggal dunia.
Tradisi ini biasanya dilakukan di rumah dengan mengundang tentangga sekitar dan par kiai untuk memimpin pembacaan tahlil dan doa. Bisa juga diadakan di rumah hidangan, yang sering itu dilapangan di pinggir jalan desa bukan di jalan raya loo. Sayaratnya, harus ada nasi kluban, bubur nasi, dan menu palin wajib adalah nasi tumpeng yakni apem, pasung, gedang rojo (Pisang Raja) dan ketan. Sedangkan di masjid atau musholla hanya membawa empat menu wajib.
Dalam jurnal Yang berjudul Tradisi Punggahan Menjelang Ramadhan oleh salma Al-Zahra Ramadhani dan Nor Mohammad Abdoeh dijelaskan, Tradisi punggahan diperkenalkan oleh sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa, terutaman Jawa Tengah.
Kala itu, Sunan Kalijaga menggunakan metode akulturasi budaya ketika mendakwahkan ajaran islan. Empat menu wajib yang harus ada pada saat punggahan itu mempunyai arti tersendiri.
Sunak kalijaga mengartikan menu wajib itu sabagai lughowi: Ketan adalah kata yang berasalh dari melayu, kemudian ditasfikan dengan kata khata-an yang berarti kesalahan.
Bagi yang tidak mengerti simak terus sampai sampai bawah ke akar -- akarnya.
Apem ditafsirkan dengan lafadz afwan yang berarti maaf. Selain bertaubat kepada Allah Ta'ala, manusia harus saling memaafkan. Gedang (pisang) ini dalam bahasa Arab yaitu ghadaan yang mempunyai arti esok hari atau waktu yang akan mendatang.
Pasung ditafsirkan dengna lafadz fashaum yang berarti mempunyai arti maka berpuasalah, setelah bertaubat dan minta maaf, demi menyempurnakan keduanya.
Ada juga lagi Tradisi sebelum menyambut Bulan Ramadhan yaitu Mengengan ini dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan ini saya juga sering mejumpai.
Tradisi Megengan merupakan salah satu tradisi Khas Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk menyamut Bulan Ramadhan. Pada dasarnya, dalam tradisi ini nantinya para masyarakat akan berkumpulkan bersama -- sama untuk menikmati makanan yang sudah disiapkan setetalah itu melakukan doa bersama.
Selain tiu, di beberapa daerah ada juga tambahan kegiatan berupa berziarah, kerja bakti, dan bersedekah dalam tradisi ini. Kue Apem seperti tadi menjadi kue khas dalam tradisi megengan. Kebanyakan dalam pelaksanaan tradisi Megengan selalu menyediakan kue Apem yang pada dasarnya mempunyai makna Tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H