Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Langit 13

21 Juli 2023   23:54 Diperbarui: 22 Juli 2023   00:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah mencit berlari

Dirinya terpisah dari ibunya 

Dalam rasa takut

Baca juga: Cerita Langit #1

Was-was akan diterkam

Lalu mati

Dirinya berusaha berlari 

Mencium setiap bau 

Jejak ibunya masih terasa

Walau perlahan ditelan angin

Mencit kecil yang malang

Kemudian sampai di sebuah meja 

Dirinya memandang ke atas 

Dilihat olehnya seorang pemuda 

Pemuda yang memandang ke langit 

Dengan wajah yang bahagia 

Sesekali menunjuk ke langit 

Seperti menghitung

Mencit kecil yang malang 

Dirinya juga coba melihat langit 

Biru dan indah 

Pancaran matahari yang tadi ditakutinya

Seketika memancar indah 

Menerpa setiap benda

Bulu-bulunya menjadi hangat 

Alih-alih panas

Angin membelainya 

Memberi sedikit kesejukan 

Mencit kecil yang malang

Kini percaya diri 

Kembali mengendus 

Mencari jejak ibunya 

Mencit kecil yang malang 

Meninggalkan si pemuda

Andaikata dirinya bisa berkata 

"Terima kasih!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun