Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Cuaca Panam 6 Juli 2023

6 Juli 2023   04:08 Diperbarui: 6 Juli 2023   04:16 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin sepoi-sepoi kemudian datang. Mengalun dan menggetarkan dedaunan. Suara dedaunan yang bergesekan memang membawa nuansa yang damai. Hal yang begitu berharga di perkotaan. Begitu juga awan, yang masih menutupi langit dan membatalkan cerahnya dunia. Matahari tidak dapat berbuat banyak pagi ini.

Tiga puluh menit setelah hujan berakhir, dan langit masih monoton. Hanya awan abu-abu yang terlihat melintasi langit. Menuju tempat yang tidak diketahui. Barulah sejam sejak hujan, langit Panam akhirnya kembali mendapatkan pancaran sinar mentari yang menghangatkan.

Ketika masuk waktu Zuhur hingga masjid-masjid selesai menyelenggarakan salat, suasana langit Panam sempat cerah, tapi tidak menyengat. Tidak lama setelahnya, awan-awan kembali menutupi rute matahari. Hanya saja, langit biru masih bisa dilihat di sekitaran Panam. Menit-demi-menit dilewati, pukul 13.05, matahari kembali melimpahkan cahayanya ke bumi Panam. Perlahan-lahan panasnya kembali dirasakan. Panas yang biasanya tidak begitu disukai, sekarang menjadi sesuatu yang dibutuhkan.

Dua jam setelahnya, langit biru terlihat megah. Disertai hawa panas khas Kota Pekanbaru. Beruntung, akhir-akhir ini tidak terlalu mencekik panasnya, walau tetap mengundang keringat. Dalam kanvas biru langit, beberapa awan berjalan-jalan dengan tenang. Menjelang pukul 15.30, Teriknya mentari di Panam harus ditutupi sementara. Awan putih kembali memberikan keteduhan bagi bumi di bawahnya.

Selepas Ashar, keadaan di Panam semakin dikepung awan. Bukanlah hal yang tiba-tiba, namun perubahan yang cepat ini masih saja membingungkan beberapa orang. Pada awan-awan yang kompak menutupi Kota Pekanbaru, terlihat Cumolonimbus dan Nimbostratus di Zenith. Sedangkan, di ufuk timur seperti antara awan altocumulus atau stratocumulus. Meskipun banyak lapisan dan jenis awan, hujan belum turun setetes pun. Ketika berjalan-jalan sebentar, sempat turun gerimis di sekitaran Jalan Ikhlas, Jalan Tuah Karya, dan Jalan Swakarya.

Di sebelah ufuk Barat, terlihat banyak awan Stratocumulus. Namun, jumlahnya yang banyak tidak menghalangi dari tembusan cahaya matahari yang kembali menghangatkan Kota Pekanbaru. Menatap ke sana membuat mata silau, dengan pemandangan awan-awan Stratocumulus dengan tepian kuning keemasan dan tubuh yang abu-abu.

Ke arah Kota Pekanbaru dari posisi Jalan Soebrantas, hanya terlihat awan Cumolonimbus yang telah mengabukan langit. Sepertinya hujan di arah sana. Seperti deja vu, bahwa pagi tadi langit Kota ini juga dibelah oleh dua keadaan yang bertolak belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun