Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Cuaca Panam 6 Juli 2023

6 Juli 2023   04:08 Diperbarui: 6 Juli 2023   04:16 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Subuh kembali menyapa. Untuk sekian subuh, hujan tidak turun. Seingat kami, mungkin seminggu atau dua Minggu yang lalu, di kala dinihari hingga subuh. Hujan pagi yang waktu itu cukup untuk meluapkan berbagai selokan dan kubangan di Kota Pekanbaru.

Tanpa disangka, hujan penyapa hari kembali meliputi daerah Panam. Padahal, baru tiga puluh menit berlalu sejak kami terakhir mengamati langit. Awan-awan yang mengepung kota dari semalam telah mengembalikan hujan pagi hari. Menjelang waktu Syuruq ini, langit berwarna jingga. Suatu hal yang sejatinya sarat akan nuansa mistis. 

Setelah beberapa saat hujan, muncul pertanyaan dalam benak, berapa lama hujan pagi ini akan bertahan? Intensitasnya juga tidak terlalu lebat. Tapi, cukup untuk membasahi orang-orang yang berusaha menempuhnya. Bukan karena nekad atau sekedar bersenang-senang, kehidupan untuk hari ini tetap harus dijalankan. 

Warna jingga yang menghipnotis hati telah menghilang. Pukul 6.20, langit Panam telah kembali ke perawakan aslinya. 

Setelah satu jam hujan pagi ini, awan hujan telah bercerai-berai di ufuk barat. Sementara, di ufuk timur awan hujan masih menggantung, walau tidak pekat. Harapan akan cerahnya pagi masih ada. Tapi, jangan naif juga, sebab langit Panam benar-benar menampilkan harapan dan stagnansi dalam satu tampilan. 

Matahari akhirnya memancarkan sinar kuningnya pada pukul 6.30. Dari ufuk timur, walau malu-malu sebab dirinya muncul di antara awan yang perlahan-lahan bergerak ke arah Utara. Dalam silaunya warna kuning pagi mentari, rintik hujan masih sibuk menggempur pakaian para pengendara. 

Baca juga: 5 Juli 2023

Pada pukul 6.35, hujan pagi perlahan-lahan memudar. Dari Jalan Soebrantas, lebatnya tidak seperti ketika masih di Jalan Ikhlas. Bahkan burung-burung telah berani hinggap ke atas bumi. Berterbangan ke sana ke mari. Menandakan populasinya yang masih berada. Walau pohon-pohon di ruang hijau yang tersisa juga banyak yang dibabat. 

Pukul 6.55, hujan pagi yang jarang terjadi ini semakin memudar. Kalau hanya berdiam diri di rumah, pastinya akan tertipu dengan kerasnya suara tubrukan air dengan atap baja ringan. Sesekali berjalan ke luar bukanlah masalah, agar merasakan sensasi yang nyata.

Saat ini, langit Panam masih terlihat beberapa awan yang membawa hujan. Walau telah berpencar. Tapi, jangan tertipu dengan sedikit perubahan, Pada akhirnya, hujan tetap awet hingga pukul 7.34 ini. Intensitasnya kembali menyamai ketika dirinya bermula jam enam tadi. Kenyataan yang memaksa para pekerja yang berkendara untuk mengeluarkan mantel dan jas hujan mereka.

Baca juga: Dua Kali Enam

Sinar mentari akhirnya kembali tajam menerpa pada pukul 8.30. Ini lebih baik, walau telat satu jam dari biasanya. Walau minus dari segi kehangatannya. 

Hujan yang telah membasahi bumi sejak lepas Subuh perlahan-lahan melemah. Hal ini dimulai sejak pukul 8.35. Setelah empat puluh menit berlalu, hujan akhirnya reda. Hari yang cerah datang menyapa.

Angin sepoi-sepoi kemudian datang. Mengalun dan menggetarkan dedaunan. Suara dedaunan yang bergesekan memang membawa nuansa yang damai. Hal yang begitu berharga di perkotaan. Begitu juga awan, yang masih menutupi langit dan membatalkan cerahnya dunia. Matahari tidak dapat berbuat banyak pagi ini.

Tiga puluh menit setelah hujan berakhir, dan langit masih monoton. Hanya awan abu-abu yang terlihat melintasi langit. Menuju tempat yang tidak diketahui. Barulah sejam sejak hujan, langit Panam akhirnya kembali mendapatkan pancaran sinar mentari yang menghangatkan.

Ketika masuk waktu Zuhur hingga masjid-masjid selesai menyelenggarakan salat, suasana langit Panam sempat cerah, tapi tidak menyengat. Tidak lama setelahnya, awan-awan kembali menutupi rute matahari. Hanya saja, langit biru masih bisa dilihat di sekitaran Panam. Menit-demi-menit dilewati, pukul 13.05, matahari kembali melimpahkan cahayanya ke bumi Panam. Perlahan-lahan panasnya kembali dirasakan. Panas yang biasanya tidak begitu disukai, sekarang menjadi sesuatu yang dibutuhkan.

Dua jam setelahnya, langit biru terlihat megah. Disertai hawa panas khas Kota Pekanbaru. Beruntung, akhir-akhir ini tidak terlalu mencekik panasnya, walau tetap mengundang keringat. Dalam kanvas biru langit, beberapa awan berjalan-jalan dengan tenang. Menjelang pukul 15.30, Teriknya mentari di Panam harus ditutupi sementara. Awan putih kembali memberikan keteduhan bagi bumi di bawahnya.

Selepas Ashar, keadaan di Panam semakin dikepung awan. Bukanlah hal yang tiba-tiba, namun perubahan yang cepat ini masih saja membingungkan beberapa orang. Pada awan-awan yang kompak menutupi Kota Pekanbaru, terlihat Cumolonimbus dan Nimbostratus di Zenith. Sedangkan, di ufuk timur seperti antara awan altocumulus atau stratocumulus. Meskipun banyak lapisan dan jenis awan, hujan belum turun setetes pun. Ketika berjalan-jalan sebentar, sempat turun gerimis di sekitaran Jalan Ikhlas, Jalan Tuah Karya, dan Jalan Swakarya.

Di sebelah ufuk Barat, terlihat banyak awan Stratocumulus. Namun, jumlahnya yang banyak tidak menghalangi dari tembusan cahaya matahari yang kembali menghangatkan Kota Pekanbaru. Menatap ke sana membuat mata silau, dengan pemandangan awan-awan Stratocumulus dengan tepian kuning keemasan dan tubuh yang abu-abu.

Ke arah Kota Pekanbaru dari posisi Jalan Soebrantas, hanya terlihat awan Cumolonimbus yang telah mengabukan langit. Sepertinya hujan di arah sana. Seperti deja vu, bahwa pagi tadi langit Kota ini juga dibelah oleh dua keadaan yang bertolak belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun