Ada masa, ketika aku dan dirinya masih bersama, menikmati hari dan menghiasi malam
      Cahaya mentari memang terasa begitu menyinari bumi, dan kalornya menghangatkan jiwa kami berdua
      Lengkungan ruang dan waktu, terasa seperti sebuah pelangi yang indah dihiasi 7 spektrum warna cahaya yang membentuk harmoni jiwa dan semesta
      Gravitasi terasa begitu kentara, ketika hatiku ditarik oleh hatinya yang terasa begitu dekat dan begitu kuat energinya
      Dan kalor, atau atma jiwanya menempuh kecepatan cahaya melewati batas singularitas jiwaku, yang dahulu begitu kuat dan tak bisa dilewati oleh cahaya manapun
     Â
      Tetapi, ada masanya ketika cahaya mentari meredup, dan kalor surya menghilang digantikan rasa dinginnya semesta luas
      Dia pergi, dan mencari collateral lain, apalah dayaku, dan apa juga dayanya
      Semerbak hati yang baru saja mekar menikmati percikan cahaya mentari, perlahan mati dan membusuk ditelan waktu yang memangsa semua
      Jiwa ini dingin, dan tidak bisa melihat cahaya lagi
      Antara dua equinox, hidupku pernah terbagi menjadi dua