Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Inner Sanctum 1: Epilog

15 November 2018   05:00 Diperbarui: 15 November 2018   05:39 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Arka, seorang pemuda yang tidak begitu terkenal di daerah ini, hanyalah seseorang yang ingin lepas dari kungkungan kedai kecil yang tidak membawa perubahan apa-apa bagi keluarga kecilnya ini. Bagaimana tidak, meski laris manis sop tomat mereka, tetapi mereka tetap harus membayar pajak yang tinggi ke kerajaan. Bahkan Neneknya tidak mempermasalahkan hal itu. Bisa dikatakan, keluarga kecil ini hanya menikmati sepersepuluh dari total penghasilan mereka, itupun akan dipotong lagi menjadi modal. Jadi, penghasilan bersih mereka benar-benar tidak memadai.

            "Iya, aku menurut..." ucap Arka dengan nada yang begitu risih. Dia tidak terlihat menikmati pekerjaan ini. Penuh dengan tekanan, kotor dan kucuran keringat. Belum lagi sindiran dari anak-anak desa yang membuat hatinya terasa semakin hancur rasanya. "Nenek!!! Mangkok-mangkok ini telah ku cuci..."

            Kedai terletak di sebuah sudut di pinggiran desa. Bisa dikatakan, sebenarnya tempat ini begitu terpencil di tengah-tengah desa yang terpencil. Adalah hal yang mengejutkan jika para orang kaya yang terbiasa dengan jalan yang pantas dan tertata rapi, sekarang mereka harus melintasi batas desa yang begitu penuh lumpur dan genangan air. Ataupun para penjelajah, mengapa mereka harus mencari suatu tempat yang jauh padahal mereka telah menjelajah dari daerah yang jauh? Penginapan pun juga cukup jauh dari kedai ini, apa yang sedang terjadi?

            "Nenek, dimana semangkuk yang aku pesan?? Apa masih lama??"

            "Mohon maaf, tapi, apakah semangkuk sop tomat harus membuatku menunggu selama ini??"

            "Hey!!! Woi!!! Apa masih lama???"

            Ya, kira-kira begitulah respon dari para pelanggan yang telah kehilangan kesabaran untuk mencicipi sesuatu yang begitu terkenal itu.

            "Arka!!! Percepat langkahmu!!! Bagaimana mungkin dirimu bisa lolos menjadi seorang tentara, jika menyelesaikan pekerjaan domestik saja kamu susah??" sindir Nenek Nyon.

            Kemarahan Arka telah memuncak sebenarnya. Tapi, ya, tentu dia harus pandai-pandai menahan emosi agar semuanya tidak (tambah) kacau balau. Terlebih, Arka sendiri pun memiliki tekad untuk tidak membuat Nenek Nyon yang telah mengurusnya selama ini kecewa, apalagi sampai meneteskan air mata.

            ------------------------------------------------------------------------------------------------------

            Jauh dari kehidupan desa TarukoPedang yang begitu tradisional, terdapat sebuah kota yang berjarak 120 km dari desa kecil itu. Seharusnya, kehidupan masyarakat di kota jauh lebih bahagia daripada sekedar para petani atau peternak di desa. Akan tetapi, sterotype terkadang tidak bisa dijadikan acuan untuk semua kasus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun