Teman saya ini, seperti saya, kulitnya  coklat nan eksotis. Menurut saya, dengan tubuh mungilnya itu, teman saya yang ternyata seorang pria itu terlihat menarik dan charming. Sayangnya, akibat terlalu memikirkan kalimat-kalimat persuasif iklan pemutih dan efek kerajinan nonton artis K-Pop porselen, pikirannya hanya agar kulitnya jadi putih. Setiap curhat, pasti yang dibahas masalah kulit. Perbandingan warna kulit kami, prahara artis putih yang jadi gelap, dan yang sederajat sama itu. Tapi, ya ,namanya juga remaja awal yang begitu ingin tahu. Meski kisah masa lalunya demikian, kami berdua tetap coklat sampai sekarang.
Tamat dari SMP, setelah berjuang membaca buku LKS dan khatam ratusan kali, akhirnya nilai akhir memuaskan. Alhamdulillah. Selanjutnya pikiran untuk melanjutkan ke level selanjutnya, SMA.Â
Kali ini, keluarga memutuskan hijrah ke Kota Madani Pekanbaru. Selain sebagai Kota Dagang yang begitu hiruk-pikuk, tempat ini memang sudah menjadi koloninya manusia Pariaman (Setidaknya di beberapa tempat tertentu). Kepengurusan Surat Pindah Rayon dan Surat Pindah Domisili dikebut 2 hari. Hari Kamis, kami berangkat ke tempat baru. Meninggalkan Sungai Pua dengan semua kenangan.
Menjadi seorang siswa SMA, pikiran saya tentu mulai tertuju kepada pilihan-pilihan pasca masa sekolah: kuliah, kerja, atau nikah. Terlalu dini memang, baru masuk langsung mikirin hal yang demikian. Terbengkalai juga akhirnya untuk sementara waktu. Tapi, toh, secara diam-diam saya tetap merancang hal itu.
Di sini, masa romansa kembali melanda. Meski skala kepedihannya jauh lebih gila. Bayangkan, orang yang kamu suka keduluan ditembak orang lain. Ditikung memang gak enak. Terlebih, Doi sekelas sama saya.Â
Artinya, dua tahun yang berat. Tapi, ketika saya pikirkan matang-matang, ternyata rasa bahagia karena ulah gokil sahabat mmpu menutupi itu semua. Masalah memang harus dihadapi, bukan dihindari. Saya pun merasa bahwa dengan batalnya saya menembak Doi, diri saya seperti dilindungi oleh Rabb dari berbagai potensi dosa jikalau saya jadi pacaran.
Sekarang, saya berstatus sebagai mahasiswa aktif Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau. Saat ini, saya sedang berjuang keras mendalami ilmu politik, perspektif internasional, dan materi-materi lainnya yang berhubungan dengan jurusan saya. Saya berharap, saya bisa menyumbangkan beberapa pemikiran berkaitan dengan politik lokal, Nasional, maupun global.Â
Tentu saya membutuhkan saran dan kritik dari pembaca Kompasiana sekalian. Saya menyukai saran. Karena melalui saran , saya bisa membuat pertimbangan lebih baik. Saya berusaha menerima dan menyukai kritikan. Karena melalui kritikan, baik tajam atau lembut, saya bisa memperbaiki lebih baik sekaligus melatih mental saya yang masih cupu ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H