Mohon tunggu...
Ario Wirawan
Ario Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY'19

.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Subkultur Ultras, Pemain Ke-12 dalam Sepak Bola!

22 Maret 2021   19:41 Diperbarui: 22 Maret 2021   19:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : indonesianinside.id

Di dalam sepakbola sendiri terdapat subkultur. Ultras merupakan subkultur dari sepakbola. Sebelum itu, subkultur dapat dikatakan sebagai budaya yang menyimpang atau berbeda dari budaya induknya. Subkultur tidak sebatas hanya memiliki dampak negatif, tetapi juga memiliki dampak positif juga.

Subkultur Ultras tidak melibatkan anggotanya untuk bermain sepakbola, tetapi menjadi pendukung dan menjadi penyuara klub dan negara yang didukungnya. Berbeda dengan sepakbola, dimana pemain hanya difokuskan untuk bermain dan mencetak gol untuk memenangkan pertandingan. Ultras sangat berbeda dengan pendukung atau penonton casual, dimana Ultras merupakan penggemar garis keras dan dapat dikatakan ekstrim. Saking "kerasnya," terkadang antar Ultras dapat rusuh dan menyebabkan perkelahian.

Ultras dalam sepakbola identik dengan ciri-ciri mereka yang memiliki koreografi yang kreatif, kekeluargaan yang kuat, chant yang membuat merinding, dan "wild." Ultras sering dianggap sebagai pemain ke-12 karena memberi dorongan mental bagi pemain yang didukungnya dan melawan musuh melalui sorakan mereka. Ultras tidak hanya terbatas pada 1 klub sepakbola ataupun negara, tetapi juga terdapat ultras lainnya, seperti Hooligans Inggris, Yellow Wall Borussia Dortmund, dan Brigata Curva Sud PSS Sleman. Ultras dikatakan menjadi tembok bagi klub, negara, ataupun pemain yang didukungnya.

Kemudian, Ultras juga tidak hanya sekedar menjadi pemain ke 12 ataupun tembok bagi yang didukungnya, tetapi juga mengeluarkan suara-suaranya mengenai isu-isu sosial dan politik ataupun dalam lingkungan sepakbola.  Ultras tidak segan-segan untuk mengkritik keras masalah-masalah sosial dan politik seperti rasisme, korupsi, fasisme, gender dan masalah-masalah lainnya.

Disini, terlihat bahwa ada kaitannya dengan identitas politik dalam Ultras. Ultras menunjukkan eksistensinya tidak hanya dalam dunia sepakbola, tetapi di mata masyarakat global. Ultras memperlihatkan identitasnya bahwa mereka bukanlah hanya sekumpulan orang-orang "gila" yang menyatakan "cintanya" pada klub atau negara, tetapi mereka juga peduli dengan masalah yang terjadi secara global dan di dunia sepakbola. 

Kemudian, Ultras menawarkan sesuatu yang berbeda dari penonton atau penggemar casual, dimana dalam Ultras mereka menunjukkan sisi kreatifitas dan vokalitas dalam kelompoknya.

Bagaimana? Apakah kalian menjadi penasaran dengan Ultras dalam sepakbola? Kalian bisa menonton video "kegilaan" dari Ultras di media sosial untuk merasakan atmosfir yang mereka berikan!

Daftar Pustaka
Storey, J. (2015). Cultural theory and popular culture: An introduction (7th ed). New York: Routledge.

Rachman, R.N. (2018). FIFA Klaim Piala Dunia 2018 Disaksikan Separuh Populasi Dunia. Okezone.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun