Apa itu budaya populer?
Melihat dari kata budaya populer, sontak pemikiran kita yang pertama adalah budaya yang populer atau digemari oleh masyarakat dan melekat dengan masyarakat. Â Menurut Storey (2015, h.5), budaya populer merupakan budaya yang disukai oleh banyak orang secara luas. Benar, hal-hal yang merupakan sesuatu yang trending dan the favorite termasuk ke dalam budaya populer.
Football, The People's Game
Sepakbola, tidak asing dengan olahraga tersebut bukan? Olahraga yang dimainkan oleh 11 anggota per tim dengan bola yang bundar di atas lapangan rumput hijau yang sangat luas dalam waktu 45 menit per babak merupakan salah satu olahraga yang masuk dalam budaya populer.
Olahraga sepakbola merupakan olahraga yang paling digemari oleh mayoritas masyarakat global. Tidak perlu jauh-jauh, di Indonesia sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari oleh masyarakat.Â
Ketika kita bertanya kepada anak-anak muda di Indonesia apa cita-cita mereka, banyak yang menjawab ingin menjadi atlit sepakbola, termasuk saya sendiri. Negara-negara diluar Indonesia seperti Brazil dimana olahraga dimainkan di jalanan dan negara Eropa membangun sistem pelatihan pemain muda yang terstruktur karena betapa populernya sepakbola di negara mereka.
Di luar Indonesia, setiap negara seperti di benua Eropa dan Amerika Selatan selalu menghadirkan pertandingan sepakbola yang seru dan melahirkan pemain-pemain yang bertalenta. Sebut saja nama-nama seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar, Ronaldo Nazario, Diego Marardona, dan Pele, kemudian klub-klub terkenal seperti Barcelona, Manchester United, Real Madrid, Bayern Munchen, dan klub lainnya.Â
Setiap pemain dan klub selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik di liganya dan di turnamen seperti UEFA Champions League. Di luar pemain dan klub, negara-negara yang memiliki liganya sendiri selalu mencoba untuk menghadirkan kualitas pertandingan yang terbaik bagi penontonnya.Â
Liga-liga di dunia seperti Liga Inggris, La Liga, Serie A, dan Bundesliga selalu memiliki penonton yang tinggi dan turnamen antar Eropa yaitu UEFA Champions League selalu menjadi turnamen yang ditunggu-tunggu tiap tahunnya oleh penggemar sepakbola manapun. Tetapi, tidak ada yang bisa menandingi euforia Piala Dunia.
Turnamen paling prestisius di dunia sepakbola, yaitu Piala Dunia merupakan salah satu turnamen olahraga terpopuler sedunia. Dalam okezone.com, data yang didapatkan FIFA menyatakan 3,3 miliar penonton menyaksikan pertandingan --pertandingan Piala Dunia 2018 melalui televisi dan final Piala Dunia ditonton oleh 1 miliar penonton. Itu menunjukkan bahwa setengah dari populasi dunia menonton Piala Dunia, gila banget! Turnamen Piala Dunia memang memiliki daya tarik yang sangat kuat, mengundang penonton casual sepakbola dan diluar sepakbola.
Di dalam sepakbola sendiri terdapat subkultur. Ultras merupakan subkultur dari sepakbola. Sebelum itu, subkultur dapat dikatakan sebagai budaya yang menyimpang atau berbeda dari budaya induknya. Subkultur tidak sebatas hanya memiliki dampak negatif, tetapi juga memiliki dampak positif juga.
Subkultur Ultras tidak melibatkan anggotanya untuk bermain sepakbola, tetapi menjadi pendukung dan menjadi penyuara klub dan negara yang didukungnya. Berbeda dengan sepakbola, dimana pemain hanya difokuskan untuk bermain dan mencetak gol untuk memenangkan pertandingan. Ultras sangat berbeda dengan pendukung atau penonton casual, dimana Ultras merupakan penggemar garis keras dan dapat dikatakan ekstrim. Saking "kerasnya," terkadang antar Ultras dapat rusuh dan menyebabkan perkelahian.
Ultras dalam sepakbola identik dengan ciri-ciri mereka yang memiliki koreografi yang kreatif, kekeluargaan yang kuat, chant yang membuat merinding, dan "wild." Ultras sering dianggap sebagai pemain ke-12 karena memberi dorongan mental bagi pemain yang didukungnya dan melawan musuh melalui sorakan mereka. Ultras tidak hanya terbatas pada 1 klub sepakbola ataupun negara, tetapi juga terdapat ultras lainnya, seperti Hooligans Inggris, Yellow Wall Borussia Dortmund, dan Brigata Curva Sud PSS Sleman. Ultras dikatakan menjadi tembok bagi klub, negara, ataupun pemain yang didukungnya.
Kemudian, Ultras juga tidak hanya sekedar menjadi pemain ke 12 ataupun tembok bagi yang didukungnya, tetapi juga mengeluarkan suara-suaranya mengenai isu-isu sosial dan politik ataupun dalam lingkungan sepakbola.  Ultras tidak segan-segan untuk mengkritik keras masalah-masalah sosial dan politik seperti rasisme, korupsi, fasisme, gender dan masalah-masalah lainnya.
Disini, terlihat bahwa ada kaitannya dengan identitas politik dalam Ultras. Ultras menunjukkan eksistensinya tidak hanya dalam dunia sepakbola, tetapi di mata masyarakat global. Ultras memperlihatkan identitasnya bahwa mereka bukanlah hanya sekumpulan orang-orang "gila" yang menyatakan "cintanya" pada klub atau negara, tetapi mereka juga peduli dengan masalah yang terjadi secara global dan di dunia sepakbola.Â
Kemudian, Ultras menawarkan sesuatu yang berbeda dari penonton atau penggemar casual, dimana dalam Ultras mereka menunjukkan sisi kreatifitas dan vokalitas dalam kelompoknya.
Bagaimana? Apakah kalian menjadi penasaran dengan Ultras dalam sepakbola? Kalian bisa menonton video "kegilaan" dari Ultras di media sosial untuk merasakan atmosfir yang mereka berikan!
Daftar Pustaka
Storey, J. (2015). Cultural theory and popular culture: An introduction (7th ed). New York: Routledge.
Rachman, R.N. (2018). FIFA Klaim Piala Dunia 2018 Disaksikan Separuh Populasi Dunia. Okezone.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H