Di sebarang benteng itu terdapat pulau kecil bernama Pulau Mondoliko atau Mandalika. Pulau itu dijadikan sebagai tempat pengintaian lawan yang dilengkapi meriam di puncak bukit. Sayang sekali, meriam saksi sejarah ini
hanya tertinggal 4 buah.
Dinding benteng dibuat dari batuan bersusun yang diambil dari pantai. Di puncak benteng, dibangunlah sebuah rumah kecil berpondasi batu laut setingi 4 meter sebagai tempat berteduh para petugas benteng.
Sekarang Benteng Portugis menjadi destinasi wisata dengan panorama yang memukau pandangan mata. Lebih dari itu, benteng portugis juga membuka wawasan sejarah untuk membukan wawasan pengetahuan.
Masjid MantinganÂ
Masjid Mantingan merupakan masjid kedua yang dibangun setelah masjid agung Demak. Masjid ini dibangun pada 1481 Saka, atau 1559 Masehi oleh Ratu Kalinyamat. Tahun pembangunan masjid itu diketahui berdasarkan candra sengkala yang terukir di mihrab, yang berbunyi "Rupo Brahmana Wanasari".
Dikisahkan satu peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Peristiwa tragis ini dipicu oleh perselisihan yang terjadi selepas meninggalnya Raja Demak, Raden Trenggono. Istri Sultan Hadiri yang bernama Ratu Kalinyamat sangat bersedih dan terpukul. Untuk mengatasi kesedihannya itu, Ratu Kalinyamat membuat makam beserta masjid di daerah Mantingan, Jepara, yang sekarang kita kenal dengan Masjid Mantingan.
Untuk mewujudkannya, Sang ratu meminta bantuan guru spiritual sekaligus ayah angkat Sultan Hadirin ketika menimba ilmu di China. Ia adalah Chi Hui Gwan, yang lebih dikenal dengan Patih Sungging Badarduwung. Patih inilah yang menjadi arsitek Masjid Mantingan Dalam mendirikan masjid ini Patih dibantu oleh masyarakat setempat.
Masjid yang berusia sekitar 5 abad itu memiliki relief-relief yang menempel pada dinding masjid. Saat ini terdapat 114 relief, karena masih ada bebera relief yang tersimpan di 'museum' sederhana di samping masjid. Mungkin ini satu-satunya masjid yang memiliki relief. Gaya arsitekur bangunan masjid memerlihatkan akulturasi budaya Hindu dan China. Terlihat dari bentuk mustaka dan atap tumpang yang merupakan corak Hindu Majapahit. Begitu juga dengan relief yang merupakan budaya yang mendahuluinya. Pengaruh China terlihat dari adanya bentuk barongsai pada relief yang digayakan (stilisasi).
Hingga kini masjid terebut masih sering dikunjung untuk keperluan berziarah ke makam Sultan Hadirin. Masyarkat sekitar percaya, Sultan hadirin merupakan salah seorang wali dari Jepara yang patut untuk dikunjungi dan diziarahi berlebih di malam Jumat.
Museum Ukir  Jepara