Sore itu anak-anak pulang mengaji dari mushola Al-Fikri.Mereka tampak ceria karena mendapat kesempatan lebih awal untuk pulang.Pasalnya guru mengaji memiliki keperluan penting untuk segera pulang ke rumah.Entah apa yang akan di alaminya.Hanya sang ayah yang menyuruhnya segera kembali pulang.Guru ngaji itu perempuan muda berparas cantik.Memiliki kelembutan hati,serta memiliki sikap dermawan.Meskipun dia hanyalah anak seorang juragan bakso,keikhlasannya dalam beramal menjadikannya selalu mudah dalam segala urusan.
Setiba di depan rumah,Fatin terkaget-kaget.Pasalnya rumah itu penuh dengan banyak orang.Hatinya bertanya-tanya,apa yang sedang terjadi di rumahnya itu.Maka diputuskannya untuk masuk ke dalam.
"Assalamu'alaikum"
 "Wa'alaikum salam." jawab serentak semua tamu
 "Nah,ini dia yang di tunggu-tunggu."sahut pak Narto-ayah Fatin.
Fatin segera duduk di samping ibunya.Namun hatinya sudah terasa gak enak.
"Jadi begini nak Fatin,kehadiran kami di sini adalah untuk melamarmu menjadi menantu kami.Kebetulan tadi kami sudah membicarakannya dengan Bapakmu,dan beliau setuju kalau nak Fatin dijodohkan dengan putra kami yang bernama Andre." pak Sabar menjelaskan maksut kedatangannya sekaligus memperkenalkan putranya.
Fatin terhenyak kaget,wajahnya hanya bisa menundukkan kepala.Sekejap raut mukanya berubah pucat dan memutuskan pergi ke dalam kamar.
 "Maaf,saya sedang kurang enak badan.Saya mohon ijin ke dalam."
 "Fatin." pak narto berusaha mencegah namun dilarang oleh pak sabar
 "Sudah,biarkan saja pak.Tidak apa-apa.Barangkali nak Fatin memang sedang butuh istirahat.Kita bisa membahas lebih lanjut masalah ini lain kesempatan."
 "Tapi saya yang tidak enak dengan jenengan."
 "Sudah,santai saja pak.Anggap masalah ini memang belum clear."
 "Baiklah."
 ***
 Seminggu berlalu.Fatin sudah melanjutkan kegiatannya seperti biasa.Kuliah dan mengajar TPA di kampungnya.Baru kali ini dia benar-benar shock mendengar berita lamaran itu.Dia sendiri bingung dengan keputusan Bapaknya,sudah tahu masih kuliah namun tetap memaksa menerima lamaran itu.
 "Fatin"
 "Iya,Sari."
 "Ada temanku yang menanyakanmu.Sepertinya dia suka kepadamu."
 "Siapa?"
 "Itu cowok ganteng anaknya pak karso,mas Lukman.Jadi bagaimana Fatin?"
 "Bagaimana apanya?"
 "Waduh kamu ini gimana tho?jelas-jelas sudah dilirik sama pria tajir,tapi seolah gak peduli."
 "Aku tidak tahu,Sari.Kalau kamu berminat ya monggo silakan."
Perempuan berkerudung itu beringsut meninggalkan Sari.Sementara Sari terpelongo heran mendengar jawaban Fatin.Ada sesuatu yang aneh ditangkap oleh Sari atas sikap Fatin,bagaimana Fatin bisa menolak pemuda tampan sekaligus kaya raya seantero desa wungu itu.
 ****
Malam itu terjadi perdepatan hebat antara Fatin dengan Bapaknya.Fatin menolak mentah-mentah untuk dinikahkan dengan Andre,dengan alasan karena masih ingin melanjutkan kuliahnya hingga lulus.Sementara pak Narto bersikeras ingin putrinya segera menikah.Menurutnya ini adalah kesempatan baik bagi putrinya,mumpung ada yang melamar dari keluarga terpandang.Keegoisannya telah membuat murka hingga mengusir anaknya sendiri dari rumah.
Fatin berjalan tanpa arah.Tak ada satupun teman yang bisa di tuju dan dimintai pertolongan.Hatinya sakit dan kecewa atas perlakuan bapaknya itu.Hingga di jalan dia bertemu dengan seorang pemuda,namanya Fauzi.Kebaikan Fauzi membuat Fatin mau menerimanya sebagai teman.Keduanya saling akrab karena Fauzi sangat perhatian kepada Fatin.Mulai dari tempat tinggal hingga mendapatkan pekerjaan,semua dibantu oleh Fauzi.Pada akhirnya Fauzi mengungkapkan rasa cintanya pada Fatin.
Keduanya saling jatuh cinta.Fatin juga telah lulus kuliah dengan biaya sendiri.Kesuksesan yang diraih semua berkat kebaikan dari Fauzi.Maka tak heran bila Fatin menerima Fauzi sebagai kekasihnya.
"Mas,sebenarnya kamu tinggal dimana?kenapa setiap kali kutanya,mas selalu jawab belum siap untuk mengatakannya."
 "Memang begitulah keadaannya Fatin.Kalau nanti mas kasih tahu,percaya deh..pasti bakalan terkejut.Bahkan bisa jadi benci pada Mas."
 "Tidak akan pernah Mas,Fatin sudah tahu dan kenal sama mas.Tidak mungkin Fatin membenci mas hanya karena sesuatu hal semacam itu."
"Maukah kau berjanji untuk tidak marah dan benci sama mas?"
"Insya Allah."
"Baiklah,sebenarnya mas tinggal di desa waringin.Sebuah desa yang dekat sekali dengan desa wungu.Nama mas adalah Fauzi Andre Setiawan."
"Jadi mas adalah anaknya pak Sabar?"
"Iya betul sekali Fatin.Aku adalah pria yang telah dijodohkan denganmu."
Fatin mendadak tertunduk malu.Hatinya ingin menangis karena kecewa dengan dirinya sendiri.Saat dijodohkan,Fatin memang tak mau sedikitpun melihat calon pria.Dia lebih banyak menunduk dengan sikap malu.
"Kamu tidak usah malu Fatin."
"Aku kecewa dengan diriku sendiri mas.Kalau saja dulu aku bersedia dengan membuat perjanjian terlebih dahulu,pasti Bapak tidak akan semarah itu padaku."
"Kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri Fatin.Aku lah yang salah.Tidak seharusnya melamarmu sebelum lulus kuliah.Sekarang semua sudah lewat,maukah kau menikah denganku?"
Gadis desa itu tertunduk malu.Dia hanya bisa menjawab dengan anggukan kepalanya.Lalu senyum merona terlihat di wajahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H