Kartini juga sering menulis pemikirannya di sebuah majalah, dari hasil pemikirannya itu dia mendapatkan sahabat yang juga penulis bernama Stella Zeehandelaar. Lalu setelah Kartini meninggal Abendanon mengumpulkan hasil tulisannya dan dijadikan sebuah buku yang kemudian diterbitkan dalam Bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran".
Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan bukan dengan peperangan. Senjata Kartini juga bukan pistol tapi pena. Dia menulis sebagai perjuangan dalam melakukan perubahan peradaban. Setiap kalimat yang ditulisnya membuat pembaca membuka kerangka berpikir yang pada saat itu masih terkurung oleh adat dan budaya yang tidak sejalan dengan hak perempuan.
Kesetaraan gender sebenarnya sudah ditekankan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebelum kedatangan Nabi Muhammad yaitu pada masa jahiliyah perempuan tidak hanya tak sejajar dengan laki-laki tapi hampir tidak punya kuasa apapun. Dan ketika datangnya Nabi Muhammad SAW perempuan diangkat martabatnya dan mendapatkan haknya sebagai seorang perempuan.
Kartini tidak mempersoalkan kodrat perempuan sebagai seorang yang memiliki tugas utama sebagai seorang ibu, tapi Kartini mempersoalkan tentang stereotip bahwa perempuan hanya di dapur, sumur dan kasur juga tentang perempuan tidak boleh mengeyam pendidikan tinggi.
Dalam QS Al-Hujurat ayat 13 yang intinya adalah semua manusia sama dihadapan Allah SWT yang membedakan adalah taqwanya, walaupun berbeda bangsa, kulit, suku dan sebagainya. Begitupun juga tentang apakah perempuan atau laki-laki.
Jadi 4 sifat R.A. Kartini yang dapat dijadikan teladan bagi perempuan Indonesia, yaitu:
1. Cerdas dan Berwawasan Luas
Sejak kecil R.A. Kartini suka membaca dan menulis sehingga membuatnya cerdas dan berwawasan luas. Tulisan Kartini yang terkenal adalah "Habislah Gelap Terbitlah Terang". Untuk itu sebagai seorang perempuan yang meneruskan perjuangan beliau harus sungguh-sungguh dalam belajar. Bukan hanya perempuan tapi laki-laki juga harus semangat dalam belajar. Di era digital ini kita dipermudah dalam belajar apapun.
2. Pantang Menyerah
Pada saat Kartini masih sekolah sering kali dicemooh karena memiliki kulit yang berbeda dan karena dia wanita, yang pada saat itu wanita dianggap hanya bisa mengurus rumah tangga.Â
Tapi hal tersebut tidak menjadikan dia putus asa dalam menuntut ilmu demi masa depan bangsa yang tercerahkan. Untuk itu kita perlu meneladani sifat ini karena banyak sekali tantangan yang akan kita hadapi kedepannya sebagai seorang penuntut ilmu.