Hari Kartini jatuh pada hari Kamis, 21 April 2022 untuk memperingati hari Kartini yang merupakan seorang atau tokoh perempuan yang memperjuangkan pembebasan perempuan.
Raden Adjeng Kartini lahir Jepara pada tanggal 2 April 1879 yang merupakan keturunan priyayi Jawa. Ayahnya Bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang Bupati di Jepara dan ibunya bernama M.A. Ngasirah. Beliau anak kelima dari 11bersaudara dan Kartini anak perempuan tertua.
Kartini pernah belajar di Europeesche Lagere School yang merupakan sekolah untuk orang Jawa kaya juga orang Belanda. Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat kemudian menjalani hidup seperti orang-orang pada umumnya.
Perempuan di dunia maupun dalam peradaban manusia seringkali dianggap sebagai budaknya laki-laki dan juga statusnya dianggap tidak sejajar dengan laki-laki.
Di masyarakat pedesaan pada masa Kartini  masih beranggapan bahwa perempuan itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk di dapur, di kasur, dan di sumur. Dapur artinya menjadi tukang masak, kasur artinya sebagai pelayan suami dan anak, dan sumur artinya tukang cuci. Hal ini merupakan masalah yang terjadi di masyarakat pada saat itu yang mengistimewakan kaum Adam ketimbang kaum Hawa.
Kartini merupakan salah satu tokoh perempuan yang menyetarakan perempuan dengan laki-laki yang biasanya disebut emansipasi perempuan yang artinya penyetaraan perempuan dengan laki-laki untuk menuntut persamaan hak.
Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk membebaskan katerbelakangannya terutama dalam hal Pendidikan. Dia mulai mendirikan sekolah untuk para perempuan yang bermaksud untuk memperbaiki kedudukan perempuan.
Sistem patriarki yang berlaku saat itu adalah perempuan tidak boleh mengenyam pendidikan tinggi, toh nanti jadi ibu rumah tangga. Oleh karena itu, perempuan tidak diizinkan untuk berpendidikan tinggi termasuk Kartini, walaupun Kartini seorang anak Bupati.
Walaupun Kartini hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar tetapi semangatnya dalam belajar sangat tinggi, seperti rajin membaca, menulis, dan juga memajukan perempuan Indonesia dari keterbelakangan.
Kartini juga sering menulis pemikirannya di sebuah majalah, dari hasil pemikirannya itu dia mendapatkan sahabat yang juga penulis bernama Stella Zeehandelaar. Lalu setelah Kartini meninggal Abendanon mengumpulkan hasil tulisannya dan dijadikan sebuah buku yang kemudian diterbitkan dalam Bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran".
Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan bukan dengan peperangan. Senjata Kartini juga bukan pistol tapi pena. Dia menulis sebagai perjuangan dalam melakukan perubahan peradaban. Setiap kalimat yang ditulisnya membuat pembaca membuka kerangka berpikir yang pada saat itu masih terkurung oleh adat dan budaya yang tidak sejalan dengan hak perempuan.
Kesetaraan gender sebenarnya sudah ditekankan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebelum kedatangan Nabi Muhammad yaitu pada masa jahiliyah perempuan tidak hanya tak sejajar dengan laki-laki tapi hampir tidak punya kuasa apapun. Dan ketika datangnya Nabi Muhammad SAW perempuan diangkat martabatnya dan mendapatkan haknya sebagai seorang perempuan.
Kartini tidak mempersoalkan kodrat perempuan sebagai seorang yang memiliki tugas utama sebagai seorang ibu, tapi Kartini mempersoalkan tentang stereotip bahwa perempuan hanya di dapur, sumur dan kasur juga tentang perempuan tidak boleh mengeyam pendidikan tinggi.
Dalam QS Al-Hujurat ayat 13 yang intinya adalah semua manusia sama dihadapan Allah SWT yang membedakan adalah taqwanya, walaupun berbeda bangsa, kulit, suku dan sebagainya. Begitupun juga tentang apakah perempuan atau laki-laki.
Jadi 4 sifat R.A. Kartini yang dapat dijadikan teladan bagi perempuan Indonesia, yaitu:
1. Cerdas dan Berwawasan Luas
Sejak kecil R.A. Kartini suka membaca dan menulis sehingga membuatnya cerdas dan berwawasan luas. Tulisan Kartini yang terkenal adalah "Habislah Gelap Terbitlah Terang". Untuk itu sebagai seorang perempuan yang meneruskan perjuangan beliau harus sungguh-sungguh dalam belajar. Bukan hanya perempuan tapi laki-laki juga harus semangat dalam belajar. Di era digital ini kita dipermudah dalam belajar apapun.
2. Pantang Menyerah
Pada saat Kartini masih sekolah sering kali dicemooh karena memiliki kulit yang berbeda dan karena dia wanita, yang pada saat itu wanita dianggap hanya bisa mengurus rumah tangga.Â
Tapi hal tersebut tidak menjadikan dia putus asa dalam menuntut ilmu demi masa depan bangsa yang tercerahkan. Untuk itu kita perlu meneladani sifat ini karena banyak sekali tantangan yang akan kita hadapi kedepannya sebagai seorang penuntut ilmu.
3. Sederhana dan Berjiwa Sosial
 R.A. Kartini adalah seorang bangsawan tapi masih bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status seseorang. Juga senantiasa menjaga lingkungan sekitarnya dengan mensosialisasi dan mengedukasi perempuan-perempuan pada saat itu. Oleh karena itu, jangan sampai kegengsian membuat kita hancur dan kita harus senantiasa memperluas relasi serta menjaga lingkungan.
4. Berbakti Kepada Orang Tua
Ketika Kartini berusia 12 tahun, dia disuruh oleh orang tuanya untuk kembali ke tanah air dan tidak melanjutkan pendidikan. Pada saat itu Kartini tinggal dirumah sembari menunggu pria yang akan menikahinya atas perintah orang tuanya demi kepentingan bersama Raden Ajeng Kartini.Â
Oleh karena itu, sebagai seorang anak tentunya harus berbakti kepada kedua orang tua karena tanpa mereka mungkin kita tidak ada didunia ini.
Dari keempat sifat Raden Ajeng Kartini diatas dapat kita teladani bahwa beliau dalam  bersemangat menuntut ilmu, memperjuangkan hak para wanita, tetap patuh terhadap orang tuanya, dan tetap berusaha menggapai cita-citanya demi kemajuan bangsa Indonesia.
Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H