Mohon tunggu...
Arvyno Limahardja
Arvyno Limahardja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - arvyn

bocil petualang

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Atheis atau Beriman, Komunisme atau Keagamaan?

1 Oktober 2021   21:33 Diperbarui: 1 Oktober 2021   21:35 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring dengan perkembangan alur cerita, Hasan memilih untuk menjadi seorang atheis. Hal ini mungkin saja terjadi karena Hasan dalam menjalani kehidupan beragamanya, hanya terbatas pada urusan memenuhi kewajiban untuk menunaikan ibadah secara rutin, tanpa disertai dengan usaha untuk terus memperkokoh iman melalui kebiasaan olah pikir. 

Padahal, Nabi Muhammad sendiri memerintahkan umatnya untuk menggunakan akal dalam beragama. Sehingga, ketika Hasan dihadapkan oleh ideologi yang baru, dengan proses perkenalan yang secara proaktif mengundang pikiran Hasan untuk merasionalkan lebih jauh mengenai keimanannya, maka dengan mudah dirinya goyah karena tidak memiliki keilmuan yang cukup kuat dan melekat. 

Keunikan buku ini tidak hanya terletak pada penyajiannya yang personal, namun tetap global karena mengangkat isu yang marak pada masanya ke dalam pengalaman hidup tokoh utamanya. 

Hal yang akan jarang ditemui oleh pembaca sastra, adalah bagaimana buku ini menggunakan tiga sudut pandang yang berbeda dalam membangun keutuhan ceritanya. 

Kita akan bisa melihat bagaimana Hasan, Kartini, dan seorang narator membangun kesatuan cerita novel “Atheis” ini. Melalui ketiga tokoh inilah, dengan sudut pandang yang berbeda pula, pembaca akan dibawa ke dalam masa penceritaan yang berbeda-beda pula, sehingga pembaca akan bisa merasakan kehidupan Hasan di masa itu secara holistik. Dengan bantuan pembahasaan serta pemilihan diksi yang mudah dipahami, kita akan merasa dibawa secara riil untuk menghidupi pribadi Hasan dalam alam pikir kita.  

Akan tetapi, seperti kata pepatah, tiada yang sempurna sebab sempurna hanya milik Tuhan. Sama halnya juga berlaku pada buku karangan Achdiat. Dalam buku ini, pembaca akan banyak menemukan baik kata atau frasa yang kurang familiar bagi mayoritas dari kita, karena tertulis dalam bahasa asing ataupun bahasa daerah. Memang, tidak jarang pula penulis memberikan pengertiannya dalam catatan kaki, namun masih banyak ditemukan kata atau frasa asing tanpa ada penjelasan dari penulis.

Teruntuk kalian yang menyenangi bacaan yang penuh dengan konflik personal, maka buku inilah yang tepat jadi bahan bacaan di waktu senggang kalian. Nyatanya, bumi kita saat ini tidaklah jauh berbeda dengan kondisi masa lampau. Justru di era globalisasi ini, dengan mudah orang atau kelompok dari seluruh penjuru dunia memperkenalkan pemikiran mereka melalui media sosial. 

Sedang, kita sebagai penikmat konten-konten tersebut, memang sudah selayaknya memiliki fondasi yang kuat, supaya hal-hal yang buruk tidak dengan mudah menjangkiti kita. Melalui buku inilah, para pembaca dan calon pembaca bisa berefleksi perihal permasalahan tersebut. 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Mihardja, Achdiat Karta. 2009. Atheis. Jakarta: Balai Pustaka.  

  2. Teguh, Irfan. 2020. Achdiat K. Mihardja: Pengarang 'Atheis', Kisah yang Berakhir Tragis, diakses pada 29 September, pukul 19.52.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hobby Selengkapnya
    Lihat Hobby Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun