Literasi Digital
Apakah kita siap menyaring miliaran data tiap detik?
Menumbuhkan keterampilan berpikir kritis menjadi PR besar. Tanpa literasi digital, kita akan mudah terprovokasi.
Kolaborasi Pemerintah dan Platform
Mengatur arus informasi bukan sekadar tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab platform media sosial agar tak terjadi pembungkaman kebebasan berpendapat.
Media Massa Konvensional Harus Berinovasi
Jurnalis profesional tidak boleh kalah cepat. Akankah media tradisional punah? Jika tidak beradaptasi, bisa saja mereka hanya menjadi kenangan di tengah pesta digital.
Kesimpulan
Pertanyaannya: Apakah media sosial lebih banyak membawa manfaat, atau justru menimbulkan masalah baru? Jawaban pasti tak pernah hitam-putih. Kita tak bisa menyangkal bahwa media sosial telah memudahkan kita menjalin relasi, bertukar pendapat, hingga menyebarkan gerakan sosial. Namun, di sisi lain, kebebasan ini punya harga: risiko hoaks, polarisasi, dan perilaku konsumtif. Solusinya terletak pada literasi digital, kolaborasi, dan penegakan regulasi yang adil. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkan "senjata ampuh" bernama media sosial ini untuk kemajuan bersama, bukan sebaliknya.
Sumber Referensi:
- McCombs, M., & Shaw, D.L. (1972). The Agenda-Setting Function of Mass Media. Public Opinion Quarterly.
- Rogers, E. M. (1962). Diffusion of Innovations. Free Press.
- UNESCO: Media and Information Literacy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H