Waktu berlalu, dan kedekatan mereka tetap berada di batas yang sama. Tidak ada yang berubah. Ayu mencoba untuk tetap kuat, meskipun perasaannya mulai lelah. Hingga suatu hari, Arist mengajaknya bertemu di taman kecil di pinggir kota. Ayu, yang merasa cemas sekaligus berharap, datang dengan membawa sejuta pertanyaan di kepalanya.
“Ayu,” ucap Arist ketika mereka sudah duduk di bangku taman, “aku tahu kamu merasakan hal yang sama denganku.”
Ayu hanya terdiam, menatap Arist yang terlihat serius. Arist mengambil napas dalam-dalam, lalu melanjutkan, “Aku juga mencintaimu, Ayu. Tapi, aku tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan.”
Hati Ayu bergetar mendengar kata-kata itu. Di satu sisi, ia bahagia bahwa perasaannya terbalas, namun di sisi lain, ia merasa kecewa karena Arist tampaknya tak bisa memberikan lebih dari sekadar pengakuan.
“Kenapa?” tanya Ayu dengan suara bergetar.
Arist terdiam sejenak, menatap langit yang mulai beranjak gelap. “Sepi dan sunyi bukan hanya tentang perasaan, tapi juga tentang kenyataan yang harus aku jalani,” ujar Arist. “Ada banyak hal dalam hidupku yang membuatku merasa terasing, bahkan dari diriku sendiri.”
Ayu mencoba memahami. Ia tahu Arist adalah sosok yang penuh teka-teki, tetapi ia tak pernah menyangka bahwa luka di hati Arist sedalam ini. Ia merasa ingin merengkuh Arist, tetapi ia sadar ada batas yang tak bisa ia langkahi.
“Maaf, Ayu,” ucap Arist akhirnya, “Aku ingin kamu bahagia, lebih dari apa pun. Tapi mungkin bahagia itu tidak akan pernah bisa kamu temukan denganku.”
Ayu terdiam. Ada perih di dadanya yang begitu menusuk, tetapi ia mencoba tersenyum. “Jika memang demikian, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu mendoakanmu,” ujar Ayu lirih.
Arist mengangguk, dan keduanya duduk dalam diam, menikmati keheningan yang kini terasa begitu berat. Waktu berjalan perlahan, namun hati Ayu seakan berhenti berdetak. Perpisahan itu adalah yang terberat dalam hidupnya, namun ia sadar bahwa kadang cinta memang tidak harus memiliki. Terkadang, mencintai seseorang adalah membiarkan mereka menemukan kebahagiaan mereka sendiri, meskipun itu berarti ia harus melepasnya.
Ayu pulang dengan hati yang hampa, tetapi ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidupnya. Hari-hari berlalu, dan meskipun kenangan tentang Arist masih tersimpan rapi di sudut hatinya, ia belajar untuk menerima bahwa tidak semua cinta harus berakhir dengan kebersamaan.