SAYA sebenarnya agak heran dengan banyaknya orang--bahkan pengamat politik--yang berpendapat bahwa Presiden Jokowi lebih condong mendukung Prabowo ketimbang Ganjar. Gestur tubuh pun dijadikan argumentasi. Tidak masuk akal buat saya. Bukan saja karena Presiden Jokowi telah hampir dua puluh tahun berjuang bersama PDI Perjuangan, tapi juga karena ia bukanlah tipe orang khianat, juga tidak bodoh.
Joko Widodo adalah sosok yang melahirkan lanskap kepemimpinan baru di Indonesia, yakni pemimpin lokal yang kemudian naik berjenjang ke tingkat nasional karena sikapnya yang autentik. Keyakinan dan kemampuannya memposisikan diri senasib sepenanggungan dengan arus bawah, bicara langsung dengan orang ramai, telah membuat Jokowi langsung memukau dan didukung mereka. Jokowi telah menjadi sosok perjuangan, jadi panggilan yang menggugah, karena sikapnya.
Maka tak heran, saat menjelang perhelatan Pilpres 2014 silam, Foreign Policy--sebuah majalah yang diterbitkan Washington Post Company--mencatatkan nama Joko Widodo dalam seratus tokoh dunia pada daftar The Leading Global Thinkers of 2013. Majalah itu menulis bahwa Jokowi merupakan sosok pemimpin di luar kelaziman politik di Indonesia: "Unlike many of his moneyed peers, who hail from powerful political dynasties and have little contact with common man. Joko clings to his humble beginnings".
Jokowi tidak seperti lazimnya politisi di Indonesia yang umumnya berasal dari sebuah dinasti politik dengan kekuatan uang yang besar serta memiliki hubungan dekat dengan banyak kalangan. Bahkan pada edisi itu, Foreign Policy juga menyatakan bahwa Joko Widodo adalah penantang serius dalam ajang Pemilihan Presiden 2014. Tidak main-main, media ini menduga, bila Jokowi maju pada Pilpres 2014, kemungkinan besar akan sulit dikalahkan. Dan, dugaan mereka benar.
Jadi, aneh rasanya bila ada pihak-pihak yang masih percaya bahwa Presiden Jokowi akan mbalelo dari keputusan partainya tentang dukungan capres di 2024. Saya yakin, Prabowo bukanlah tipe pemimpin nasional yang diinginkan Presiden Jokowi. Bukan saja karena berbeda karakter, berbeda latar belakang, berbeda pilihan politik, tapi juga Prabowo Subianto adalah bagian dari sejarah masa lalu suram bangsa ini yang justru sedang diperbaiki oleh Presiden Jokowi. Betapa konyolnya bila kemudian langkah perbaikan itu dirusak dengan memberi ruang pada kelompok masa lalu untuk memimpin bangsa ini kedepan. Â Â Â Â Â Â
Dan, bagian terpentingnya, mengkhianati PDI Perjuangan--rasanya--bukanlah kehendak dan rencana jangka panjang Presiden Joko Widodo.
*****
Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H