Setidaknya ada tiga poin penting yang tercantum dalam Sembilan Pedoman Politik Warga NU yaitu: terpeliharanya keutuhan NKRI, kemaslahatan bersama (maslahat al-ummah), dan terjaminnya perwujudan Hak Asasi Manusia (HAM). Tiga orientasi dasar politik ini sesungguhnya telah membentuk arah politik NU pada apa yang disebut KH Sahal Mahfudz sebagai "politik kebangsaan" dan "politik kerakyatan".
Toh perjuangan di ranah politik, meminjam catatan KH. Said Aqil Siradj, tidak boleh terlepas dari usaha-usaha pencapaian kemaslahatan, yakni pencapaian perjuangan yang merepresentasikan lima nilai universal (al-kulliyat al-khams) sebagaimana terdapat dalam Islam. Yakni; terjaminnya kebebasan beragama (hifdz al-din), terpeliharanya kelangsungan hidup (hifdz al-nafs), kebebasan berkreasi, berekspresi, berpikir, dan beropini (hifdz al-'aql), pemilikan harta dan properti (hifdz al-mal), dan kelangsungan keturunan, kehormatan serta profesi (hifdz al-nasl wa al-'irdl).
Itu sebabnya, para pemikir politik Islam klasik, saat membahas tentang institusi kekuasaan, sangat menekankan pentingnya akhlak, moral, dan etika. Karena berpolitik tanpa akhlak, moral, dan etika bisa membuat agama--ruang antara "aku" dan Tuhan--direduksi menjadi situasi persaingan antara "kami" dan "mereka". Saya kira inilah yang menjadi poin penting mengapa Abuya KH Muhtadi berkenan mendukung Azizah Ma'ruf.
Toh ia tahu, Azizah Ma'ruf hadir untuk memberi makna bahwa ajang politik bukanlah sebuah medan tempur dengan semangat menghabisi dan menghalalkan segala cara. Politik bagi Azizah Ma'ruf adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh warga negara untuk menciptakan ruang-ruang kebaikan bersama. Mungkin karena itu, Abuya KH Muhtadi merasa punya tanggung-jawab moral untuk membangun komunikasi politik demi kemaslahatan umat. Â Â
Ia percaya bahwa putri dari KH. Ma'ruf Amin ini mampu mengatasi apa yang jauh-jauh hari pernah diingatkan oleh Imam al-Ghazali bahwa politik adalah lahw dan la'b, permainan (yang) memabukkan dan pembuat lupa daratan. Itu sebabnya, harus ada sosok yang mampu memahami karakter pergerakan NU, yakni harus lebih fokus kepada usaha-usaha dalam mewujudkan maslahat bagi semua masyarakat (umat), sekaligus mengayomi umat Muslim agar selalu menjaga falsafah Islam yang kaffah dan tidak ta'assub, juga rahmatan lil'alamin.
Dalam konteks ini, saya sepakat bila para tokoh agama perlu turun-tangan membangun komunikasi politik agar umat tidak keliru dalam memilih pemimpin. Toh, berpolitik adalah salah satu cara bagaimana kita dapat menemukan sebaik-baiknya pemimpin. Di situlah peran para tokoh agama dibutuhkan untuk menunjukkan jalan. Politik, mau tak mau berlangsung dari situ.
Itu sebabnya dalam perjalanan negara ini, Nahdlatul Ulama telah punya banyak peran dalam membangun jalan keadaban yang diberikan kepada umat dan bangsa Indonesia. Pertama, NU telah merumuskan konsep mabadi' khoiro ummat (prinsip dasar umat terbaik) yang didasarkan pada orientasi moral sebagai perubahan sosial-ekonomi masyarakat. Pengukuhan moralitas tersebut bertumpu pada nilai-nilai as-shidq (kejujuran) dan al-amanah (tanggung-jawab).
Kedua, dalam ranah keagamaan, NU telah berhasil merumuskan gagasan dasar tentang tawassuth (moderat), tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan i'tidal (keadilan). Ketiga, NU juga telah memelopori penerimaan dan pengamalan Pancasila sebagai azas bernegara dan bermasyarakat yang bisa diterima oleh warga negara Indonesia yang majemuk. Saya kira ini yang disebut bahwa ajaran agama diterapkan untuk mewujudkan kemaslahatan, kedamaian, dan ketentraman (semua umat manusia) dengan mempererat persatuan dan kesatuan serta mencegah disintegrasi bangsa.
Dan, Azizah Ma'ruf bukan saja memenuhi kriteria itu, tetapi juga telah melakukannya jauh-jauh hari sebelum ia berkecimpung dalam dunia politik praktis. Ia juga tidak pernah melihat orang atau kelompok yang berbeda dengan dirinya--baik itu etnisitas, pilihan politik, status sosial, maupun agama--sebagai sebuah ancaman, apalagi musuh. Baginya, hanya dengan orientasi maslahat itulah keutuhan dan kemajuan suatu daerah atau bangsa dapat terwujud. Dengan demikian, misi Islam sebagai ajaran pembawa rahmat bagi alam semesta dan seluruh umat manusia akan terwujud.
"Saya banyak belajar dari Nahdlatul Ulama yang selalu menempatkan dirinya sebagai pintu Islam yang akomodatif," ujar Azizah Ma'ruf, "maka saya juga selalu berusaha terbuka dengan siapa pun."
Maka tidaklah mengherankan bila Abuya KH Muhtadi mendoakan dan mendukung Azizah Ma'ruf agar dapat memenangkan Pilkada Tangerang Selatan. Bagi saya, ini bukan lagi sekadar momen yang patut disyukuri: .... ini seperti (sebuah) pertanda baik. *)Â