Mohon tunggu...
Zahir Makkaraka
Zahir Makkaraka Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dalam segala hal

Lagi mencari guru dan tempat berguru!!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta di Antara Bara dan Embun (1)

13 Juni 2019   20:43 Diperbarui: 13 Juni 2019   22:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Angin Mammiri masih sepoi sejuk menerpa ragaku sore ini. Di bawah aksara B dari BUGIS yang berdiri kokoh di anjungan Pantai Losari, aku pandangi laut yang membiru jauh tetapi menghitam di bibir pantai. Sampah.

Aku merayakan kebersamaan dengan beberapa kawan yang akan mulai terpisah jarak besok hari. Iya, besok aku akan berangkat KKN di salah satu desa yang ada di Kabupaten Sinjai. 

Kawan yang kutemani adalah kawan seperjuangan di BEM Universitas yang telah berakhir masa jabatannya seminggu lalu. Perayaan kali juga perayaan kelegaan setelah setahun periode sebagai menteri hukum dan HAM. Lega.

Sejak ba'da ashar tadi kami sudah berkumpul. Banyak hal yang diceritakan dari tentang kondisi bangsa hingga cinta pada lawan jenis tak luput dari bahasan. 

Kami berdelapan dan tak satupun dari kami yang sama lokasi KKN-nya bahkan kabupaten pun berbeda.  Kami pun sama, mahasiswa semester 9. Pun sama tidak mau lagi masuk terlibat dipengurusan BEM berikutnya. Terkhusus aku,  banyak mata kuliah yang mesti kukebut karena pernah cuti akademik di semester 5 dan 6. Setahun memilih menghilang dari dunia kampus dan kemahasiswaan.

"Apa program kerja utamamu di lokasi KKN nanti,  Dit? " tanya seorang kawan kepadaku. Bram panggilannya tapi nama aslinya Ibrahim Idris Massalinri. Sama-sama dari Fakultas Teknik tapi berbeda jurusan. Dia dari mesin,  aku dari elektro. 

"Entahlah Bram. Kamu kan orang Sinjai. Idul adha nanti lebarannya di rumahmu nah!" jawabku sambil menegaskan keinginanku. Lebaran kurban nanti adalah pertengahan masa KKN. Untuk pulang ke Gorontalo amatlah tidak mungkin. 

"Ok. Dimana lagi lokasi KKN-mu di Sinjai?"

"Di Desa Kampala Sinjai Timur."

Kusebut nama lokasiku. Bram menampakkan keterkejutannya.  Dia sepertinya tidak percaya. Lokasiku dengan kampung halamannya berbatasan. Keterkejutannya itu tak lama kemudian sumringah lebar menghiasi bibirnya kemudian dia tertawa. 

"Bantaeng dan Sinjai tidak butuh 2 jam. Seringlah kita bertemu nanti.  Nanti saya bantu kamu saat KKN nanti.  Aku punya keluarga besar di Kampala. " Bram KKN di Kabupaten Bantaeng, lebih dekat dari Makassar dibanding Sinjai. 

Mendengar kabar seperti itu,  kecemasan saat KKN nanti berkurang. 

Perbicangan kami berdelapan amatlah panjang dan tak jelas orientasinya. Senja berlalu tanpa sempat menyeruput dan menyelami indah jingganya. Azan maghrib yang berkumandang dari Masjid Terapung memisahkan kami. Malam kujelang.

***

Sebuah email masuk di smartphone seseorang. 

" Agen 3001, kamu akan terima misi pertamamu. Bersiaplah! "

Setelah membaca dan membalas  email tersebut,  orang tersebut segera menghapusnya. Sesungging senyum merekah.

***

Tak lama setelah tiba di kamar kos, handphone-ku berdering. Panggilan dari koordinator desaku yang memanggil. Aku mengiyakan dan bersedia berkumpul dengan teman seposko membahas keperluan selama KKN. 

Warung kopi dekat Stadion Mattoanging menjadi titik temu. Alasannya dekat dengan Toko Agung untuk kebutuhan ATK dan dekat Pasar Senggol untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Aku sedikit menggerutu dakam hatiku. Kenapa baru sekarang aku dihubungi.  Kenapa bukan saat di Pantai Losari tadi. Sekiranya dari sore atau maghrib tadi aku dihubungi, saya tidak perlu balik ke kos yang terletak di Abdullah Dg.  Sirua. Payah. 

Mungkin angka 8 begitu dekat denganku hari ini. Sore berkumpul dengan 8 karibku. Malam ini pun aku berkumpul dengan rekan seposko berjumlah 8 orang juga yang tak ada satupun yang kukenal. Janjian pun diwaktu pukul 8 malam. Aku sendiri yang berasal dari teknik, sendiri pula mahasiswa semester 9. Waktu pemilihan kordes,  aku memilih untuk sekadar jadi anggota saja. Aku ingin bebas. Banyak hal yang ingin aku kerjakan.

Warkop tempat ketemuan tak begitu ramai.  Dari belasan meja, hanya 8 yang berpenghuni.  Lagi-lagi angka 8.

Tak sampai sejam memperbincangkan kebutuhan KKN, akhirnya diputuskan apa yang mesti disiapkan dan siapa yang bertanggungjawab mengurus kebutuhan tersebut. 

Aku diamanatkan membeli kebutuhan ATK. Aku menyanggupinya.  Setelah pertemuan berakhir, aku segera menuju Toko Agung yang hanya berjarak beberapa menit dari warkop. Daftar kebutuhan telah ditulis dengan jelas oleh sekretaris dan uang oleh bendahara sudah menyerahkannya ke padaku. 

Hanya kertas A4 2 rim, selusin kertas plano A1,  spidol, polpen, pensin, dan beberapa hal kecil lainnya yang peruntukannya belum jelas bagiku.  Aku bersedia untuk aku saja yang membeli dan membawanya. Matic Vario cukup bisa menampung barang tersebut kecuali kertas plano tentunya. Aku menikmati.  

Toh ini bentuk rekreasiku dengan dikelilingi makhluk dengan tingkat konsumerisme tinggi dan individualis kut tentunya.  Makhluk kota metropolitan. Karena besok, aku sudah di lokasi KKN. 

Berangkat pukul 8 pagi dari Makassar dan mungkin tiba di Sinjai setelah duhur.  Dan itu berarti kehidupan metropolis aku tinggalkan dan kehidupan masyarakat desa yang hidup agraris akan lebih menentramkan akan kujalani kurang lebih dua bulan. 

Kertas HVS A4 sudah masuk di keranjang belanja,  saatnya membeli polpen dan kawan-kawannya yang letaknya di dekat kasir atau pintu keluar.  Belum tiba di etalase polpen, seseorang menahan langkahku. Aku menegakkan pandanganku dan dihadapanku kini ada sosok hawa yang panjang rambutnya hampir sama panjang dengan rambutku, tentunya  lebih panjang rambutnya. Rambut ikal yang hampir menyentuh bahuku. Ada tatapan sendu di netranya. 

"Kamu kemana selama dua tahun lebih.  Tak ada kabarpun dan meninggalkanku begitu saja. Dan kini kau harus menjelaskannya padaku.  Kau membuatku menderita selama dua tahun!"

Pertanyaannya beruntun menohokko... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun