Mohon tunggu...
Zahir Makkaraka
Zahir Makkaraka Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dalam segala hal

Lagi mencari guru dan tempat berguru!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terlarang (3)

2 Januari 2018   08:13 Diperbarui: 2 Januari 2018   08:32 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Urusan administrasi seminar proposalku sudah rampung. Salah satu kebahagiaanku hari ini, kebahagiaan terbesarnya adalah meski hanya hitungan menit bersama pemilik mata sayu nan ayu itu. Dimana dia sekarang? Batinku.

Aku putuskan untuk ke salah satu gerai buku terbesar yang ada di mall yang tak jauh dari kampus. Hari jum'at kemarin di ponselku ada tiga kali pesan masuk dari 3346, berarti uang bulan dari saudara ibu yang lain masuk ke rekeningku. 

Cukuplah untuk membeli tiga atau empat buku. Pamanku yang kutemani sekarang adalah saudara ibu yang menanggung biaya kuliahku selama S1 dulu, sedang S2-ku saat ini kujalani dari beasiswa dari pemerintah. Aku bersyukur punya paman dan tante yang sangat perhatian padaku. Maklum aku adalah ponakan pertama mereka. Sepupu di bawahku baru kelas X SMA. Berselisih 8 tahun dariku.

Memasuki gerai buku itu, lagu 'Akad' dari Payung Teduh melantun indah memenuhi seluruh ruang. Tas dan jaket aku simpan di tempat penitipan barang. Baris buku filsafat menjadi arah pertamaku. 'Sejarah Barat Kontemporer: Prancis' karya K. Bertens adalah pilihanku. Sebenarnya aku tertarik dengan novel 'Dunia Anna' yang serupa 'Dunia Sophie' karena penulisnya sama, Jostein Gaarder.

 Tapi nantilah bulan depan, sudah kumasukkan dalam target belanjaku bulan depan. Harganya masih tergolong murah, kiranya lembaran wajah proklamator disodorkan pada kasir masih ada kembaliannya. 

'Be Moslem Scientists - Juz 1' tulisan Muslim Iqbal Ramadhoni dan Iis Haryati menjadi pilihanku. Lebih murah dibanding buku yang kubeli sebelumnya. berselisih melebihi nominal lembaran yang bergambar pahlawan dari Papua. 

Kalau sekiranya saya mengambil satu buku yang berkaitan dengan agama, berarti target 1 novel indie tak bisa kupenuhi. "Ah..., nantilah. Bulan depan lagi baru ke sini." Kutinggalkan deretan buku-buku tentang agama. Aku ke sudut ruangan dengan lampu yang sedikit temaram. Lumen lampunya berbeda dengan lumen lampu di deretan buku lain. Aku berjalan ke sana.

"Mas suka baca novel juga ya?" Aku menoleh ke kanan, ke arah sumber suara yang menyapaku.

................

*****

(Tunggu lanjutannya sekiranya berkenan....)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun