Malam merambat begitu cepat. Mataku terasa berat. Ingin rasanya segera merebahkan diri. Namun, tugas belum selesai. Segera kupaksa jiwa dan fisikku untuk menyelesaikannya. Teng... Teng... Teng. Ah, tepat tengah malam. Selesai.
Kurebahkan diriku di kasur empuk. Pegal nian pinggangku. Mataku segera merapat. Kesadarankupun mulai menurun.Â
"Anjing... Bangsat... "
Tiba-tiba teriakan orang di luar membangunkanku. Sedetik berikutnya kudengar baku hantam. Saling menyalahkan. Seorang wanita berteriak histeris.
"Sudah. Sudah. Sudah," teriaknya.
Namun, para lelaki itu masih terus membuktikan keegoisannya. Baku hantam masih terjadi disertai teriakan. Kemudian, mereka berlari menjauh. Saling berkejaran. Sayup-sayup.
"Kapan kejadiannya ?" tanya lelaki dengan suara berat.
"Baru saja," jawab perempuan itu.
Aku terjaga. Kantukkupun hilang. Tiba-tiba keriuhan itu mendekat lagi. Kudengar suara beling pecah.Â
"Kubunuh kau!" teriak seseorang.
"Sudah atuh, Aa!" kata perempuan itu frustasi.
"Ah, kubunuh kau!"
Prang. Beling botol itu kembali pecah.
Hatiku dag dig dug. Suamiku belum pulang. Aku melihat jam di ponselku. Pukul dua kurang seperempat. Kegaduhan di luar masih terjadi. Semakin ramai. Tampaknya, banyak lelaki yang keluar untuk melerai. Teriakan-teriakan itu masih kudengar. Suara orang-orang berlari mengejar pemabuk yang kalap masih ramai.
Tiba-tiba... "Aaaghhrrr...!"
"Mampus kau !"
"Akaaanggg...!" Wanita itu berteriak histeris.
"Mampus... Mampus... Mampus !" teriak pemabuk puas.
Detik berikutnya, pintu rumahku ramai digedor orang.
Gelap seketika.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H