Dalam artikel saya sebelumnya, saya sudah mengenai apa itu penulisan naskah digital, prinsip-prinsip dari penulisan digital, serta melihat perbedaan penulisan digital dengan analog. Pada kesempatan ini saya akan mengajak anda untuk melihat bagaimana cara dalam menulis pada sebuah web, seperti apa itu literasi informasi, apa itu Repurposing, alasan web menjadi pilihan yang terbaik, perbedaan antara penulisan pada media cetak dan digital, apa itu W3C beserta beserta pedoman dan prinsip. Sudah penasaran kan kalian, yuk langsung simak saja!
Literasi Informasi
Literasi informasi merupakan sebuah kemampuan dalam hal mengevaluasi, mencampurkan, serta menggunakan kembali sebuah informasi yang ada. Aktivitas penggunaan kembali informasi atau Repurposing mengacu pada sebuah proses merevisi materi untuk satu tujuan dan pada sebuah audiens tertentu agar lebih cocok dalam sebuah situasi retorika yang baru. Â (Blakesley & Hoogeveen, 2012, h.356).
Repurposing dapat dicontohkan pada saat kita menulis tetapi masih secara tradisional, lalu tulisan yang masih tradisional tersebut ditulis kembali dengan keadaan saat ini, dimana kita bisa menambahkan video, gambar, dsb dalam penulisan kita. Â (Blakesley & Hoogeveen, 2012, h.356).
Namun di zaman yang semakin canggih ini dan semua berbasis internet, penulisan secara tradisional pun semakin ditinggalkan dan orang-orang lebih gemar melalui media digital, hal tersebut dinilai lebih simple dibandingkan menulis dengan cara tradisional, dimana menulis secara tradisional jika ingin menulis kita harus menuangkannya pada media kertas dan menggunakan tinta untuk menulis, namun saat ini kita bisa menuangkan tulisan kita pada sebuah web ataupun blog serta jangkauan dari penulisan digital pun dinilai lebih luas.
Jika kalian tertarik menulis pada media digital, yuk simak 11 situasi dimana web menjadi sebuah pilihan terbaik
Bibliography mengenai topik yang kita buat dan dapat dimuat dalam web akan dapat dibaca oleh orang banyak dan termasuk teman kita, sehingga orang lain tertearik dengan topik tersebut dan para pembaca akan mendapatkan banyak manfaat
Jika ingin mendapatkan masukan oleh tulisan digital yang kita buat, kita bisa memutuskan untuk membuat sebuah blog yang memungkinkan mendapatkan sebuah komentar dari orang lain.
Menambah portofolio digital kita
Membangun sebuah reputasi dari sebuah keahlian khusus kita
Menjual dan mengiklankan produk
Keinginan untuk membuat jurnal namun kekurangan dalam hal anggaran
Mempresentasikan sebuah karya yang kita miliki yang dapat disaksikan kepada audiens
Kita dapat meminta bantuan orang lain yang menyediakan informasi ter-update
Jika kita memiliki ebook yang berisi sebuah konten multimedia, seperti video, gambar, audio, kita dapat memberi akses untuk pembaca mengakses secara mudah dari mana saja
Kita dapat dengan mudah mendemonstrasikan sebuah proses yang kompleks kepada orang lain
Tulisan yang kita buat merupakan sebuah konten yang mudah dikases
Kita cari tahu yuk perbandingan penulisan berbasis cetak dengan digital!
Penulisan cetak:Â
Teks cenderung lebih panjang dan lebih sedikit jeda
Tidak ada link atau konten dari multimedia
Menggunakan desain yang minimal
Bentuknya linear dan sekuensial
Konten sudah diperbaiki
Penulisan Digital
Teks cenderung lebih pendek dan dengan lebih banyak jeda
Kontennya sering menggunakan tautan multimedia
Desain merupakan komponen yang utama
Bentuknya non linear dan non sekuensial
Konten dapat berubah
W3C merupakan sebuah sebuah organisasi internasional yang bergerak pada penanganan  permasalahan dalam World Wide Web.
Terdapat arahan W3C dalam panduan menulisÂ
Diharapkan menggunakan judul dan deskripsi tautan yang jelas dan akurat
Menyebutkan topik kalimat atau paragraf di awal kalimat atau di di awal paragraf.
Membatasi setiap paragraf menjadi satu gagasan utama
Hindari menggunakan bahasa gaul, jagon, serta arti khusus dari kata kata yang sudah dikenal.
Mengandung kata-kata yang biasa kita gunakan
Gunakanlah lebih banyak kata aktif dibandingkan kata pasif
Hindari menggunakan struktur kata yang rumit
Prinsip aksesibilitas W3C
Selain itu juga menurut Blaksley dan Hoogoveen (2012) terdapat beberapa prinsip aksesibilitas, sebagai berikut:
Memberikan sebuah alternatif yang setara bagi konten baik audio maupun visual
Jangan mengandalkan warna saja.
Menggunakan markup dan style sheets, kemudian lakukanlah dengan benar
Memperjelas penggunaan bahasa yang alami
Membuat tabel yang dapat berubah dengan baik
Pastikan halaman yang menampilkan teknologi terbaru dapat berubah dengan baik
Memastikan kontrol pada pengguna atas perubahan konten yang sensitif dengan waktu
Memastikan aksesibilitas langsung antar pengguna
Desain berdasarkan kemandirian sebuah perangkat
 Menggunakan solusi sementara
Menggunakan teknologi terbaru dan pedoman W3C
Memberikan sebuah informasi dari sebuah konteks dan orientasi
Menyediakan fitur mekanisme navigasi yang jelas
Pastikan sebuah dokumen tersebut sudah ditulis dengan jelas dan sederhana
Semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi kalian yang ingin terjun langsung dalam dalam penulisan digital! Terimakasih sudah membaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H