Mohon tunggu...
Arum Sari Rejeki
Arum Sari Rejeki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Rewang sebagai Solidaritas Sosial dalam Masyarakat Jawa

30 Juni 2024   17:00 Diperbarui: 30 Juni 2024   17:10 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Rewangan dan Disonansi Kognitif

Dalam budaya Jawa, konsep "sungkan" sering muncul saat ada undangan untuk melakukan rewang, di mana meskipun kita berhalangan, kita tetap hadir untuk menjaga keharmonisan sosial. Tradisi rewang dapat dikaitkan dengan teori disonansi kognitif, yang menjelaskan bahwa ketidaknyamanan psikologis mendorong individu untuk menyesuaikan tindakan mereka agar konsisten dengan keyakinan mereka (Festinger dalam Japariyanto, 2006). Masyarakat sering merasa tidak nyaman jika tidak berpartisipasi dalam rewang, namun nilai-nilai sosial dan rasa tanggung jawab mendorong mereka untuk tetap ikut serta. Ini menunjukkan bahwa ketidaknyamanan ini dapat mendorong individu untuk terlibat demi menjaga konsistensi antara nilai-nilai yang dipegang dan tindakan yang diambil dalam konteks rewang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan topik yang kami angkat serta beberapa sumber berdasarkan penelitian terkait terdapat faktor-faktor yang menjadikan seseorang ikut andil dalam budaya rewangan, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Pengaruh Budaya. 

Budaya rewangan mempromosikan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan solidaritas tinggi yang diwariskan secara turun-temurun di masyarakat Jawa. Tradisi ini menjadi simbol keikhlasan dan kebersamaan dalam membantu meringankan beban, terus berlangsung sebagai bentuk gotong royong kolektif dalam komunitas (Lauer, 2015).

  1. Keterlibatan sosial. 

Masyarakat pada umumnya mengikuti rewangan karena memiliki keterlibatan sosial dengan kerabatnya atau masyarakat setempat. Mereka ingin berkontribusi dan menunjukkan partisipasi aktif dalam rewangan. rewang sebagai sarana masyarakat untuk lebih meningkatkan kualitas hubungan sosial yang bermula dari hubungan berdasarkan kesukarelaan. Membantu pekerjaan demi terselesainya sebuah hajatan (Anshori, 2021).

  1. Faktor ekonomi. 

Tradisi rewangan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Mereka yang memiliki status ekonomi dan pendidikan lebih tinggi cenderung ikut serta untuk menunjukkan status sosial dan memberikan bantuan finansial demi kelangsungan acara (Geertz, 2014).

Dampak Rewangan

A. Dampak positif

  1. Melestarikan budaya 

Rewangan telah bertahan berabad-abad sebagai bagian identitas masyarakat Jawa.

  1. Meningkatkan interaksi sosial

Melalui kerja bersama, rewangan memperkuat solidaritas sosial dan membantu        menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.

B. Dampak negatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun