Status gizi merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan nutrisi dari makanan serta kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk menjalankan metabolisme tubuh.Â
Seorang atlet perlu mempertimbangkan dengan seksama kebutuhan energi dan nutrisinya guna mencapai status gizi yang optimal, dengan kondisi status gizi yang normal maka akan memungkinkan mereka untuk menunjang performa atlet pada saat latihan fisik yang intens serta mempertahankan penampilan yang baik selama berkompetisi.Â
Berdasarkan penelitian Nindayanti (2019) mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan , Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagian dari atlet memiliki status gizi normal (58,1%).Â
Status gizi pada atlit sangat berpengaruh terhadap tingkat performa para atlet, apabila seorang atlet memiliki status gizi yang kurang maka akan menyebabkan tingkat performa pada saat melakukan latihan atau bertanding juga akan ikut menurun, namun apabila seorang atlet memiliki status gizi yang normal maka performa yang dimiliki oleh atlet tersebut juga akan maksimal.
Makanan yang baik untuk atlet adala makanan yang memiliki kandungan gizi seimbang. Makanan atau asupan yang dikonsumsi oleh atlet harus diperhatikan karena makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi komposisi tubuh dan juga dapat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan tubuh.Â
Dari data hasil penelitian Bisri dkk (2022) didapatkan rata-rata asupan gizi dari responden sebesar 1526,64 426,56 kkal dengan rata-rata kecukupan responden sebesar 2275,95 267,07 kkal dan didapatkan juga persentase pemenuhan gizi harian sebesar 68% karena klasifikasi atau kategori tingkat konsumsi asupan zat gizi menurut AKG apabila hasilnya <70% Â tergolong ke dalam kategori defisit berat. Hal ini menunjukkan bahwa apabila asupan makanan yang kurang dapat menyebabkan timbulnya permasalahan gizi pada atlit yang dapat menyebabkan komposisi tubuh pada atlit akan ikut menurun.
Selain dari aspek pola makan yang optimal, seorang atlet juga memerlukan tingkat kebugaran fisik yang lebih tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi dalam berolahraga.Â
Peningkatan kebugaran fisik dapat dicapai melalui kombinasi latihan yang teratur serta kemampuan bawaan yang dimiliki oleh atlet, kebugaran fisik tidak hanya merupakan elemen penting dalam pemeliharaan Kesehatan namun juga menjadi indicator positif bagi tingkat kesehatan secara keseluruhan.Â
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Muharam dkk (2019) dimana tes cooper yang mengevaluasi Vo2max pada setiap individu memberikan indikasi mengenai tingkat kebugaran fisik pada atlet, dan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa atlet tersebut memiliki tingkat kebugaran yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kebugaran jasmani dianggap sebagai suatu elemen penting  dalam mencapai total fitness, semakin tinggi tingkat kebugaran fisik pada atlet maka semakin baik pula kondisi kesehatannya.
Nutrisi memegang peranan yang penting dalam tercapainya performa yang optimal dalam dunia olahraga, adanya nutrisi dalam pola makan sangat pening karena dapat berkontribusi pada peningkatan kinerja memlalui asupan zat gizi makro maupun mikro.Â
Makronutrien seperti karbohidrat,protein,dan lemak  juga memiliki peran yang signifikan dalam menyediakan substrat metabolic yang diperlukan untuk kontraksi oto skeletal serta fungsi kardiovaskular, selain itu keberadaan cadangan glikogen di dalam hati dan oto rangka sangat esensial dalam mendukung metabolisme atlet sehingga atlet memiliki performa yang optimal.Â
Berdasarkan data dari penelitian Rahma dkk (2020) didapatkan nilai rata-rata asupan energi pada atlit sebesar 3471,71 kkal, kemudian untuk asupan protein atlit sebesar 88,50 gr, lalu asupan lemak atlit sebesar 97,02 gr, dan asupan karbohidrat pada atlit sebesar 550,1 gr. Asupan zat gizi makro pada atlet Sebagian besar masuk ke dalam kaetgori baik, sehingga Sebagian besar juga atlet memiliki performa yang maksimal dalam melakukan latihan maupun saat bertanding.
Protein merupakan zat gizi yang tergolong ke dalam makronutrien yang berperan dalam meningkatkan keseimbangan nitrogen positif pada otot yang aktif serta menyediakan adaptasi latihan yang lebih efektif, asupan protein juga dapat mempercepat pergantian protein pada otot rangka dengan meningkatkan tingkat sintetik protein otot, memberi kekuatan pada otot, meningkatkan kinerja lari kecepatan tinggi, pemulihan protein lebih cepat, dan peroksidasi lipid lebih cepat.Â
Sehingga asupan protein sangat diperluka oleh atlit karena diperlukan untuk mengoptimalkan pemulihan setelah melakukan pertandingan atau latihan yang keras. Data yang telah didapatkan dari penelitian Agustin dkk (2018) menunjukkan bahwa atlit Memerlukan rata-rata asupa protein sebanyak 92,89 sampai dengan 3,031, sedangkan berdasarkan data yang diperoleh 40% atlit memiliki kategori asupan protein yang baik, 40% memiliki kategori asupan protein yang kurang,dan 20% memiliki kategori asupan protein yang lebih. Berdasarkan data tersebut sebagian atlit memiliki performa yang kurang pada saat latihan karena sebagian besar para atlit memiliki asupan protein yang kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Lemak juga merupakan nutrisi yang penting dalam membantu fungsi tubuh seperti menghasilkan panas tubuh, sebagai bantalan organ vital serta sebagai penyedia energi meskipun bukan energi utama. Adapun persen lemak tubuh pada atlit berbeda tergantung dengan jenis kelamin dan jenis olaraganya,persen lemak tubuh ini dapat menunjukkan proporsi dari komposisi tubuh. Oleh karena itu persen lemak tubuh yang tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti asupan gizi, aktivitas fisik, dan gaya hidup.Â
Dari data penelitian Mirza & Emy (2019) konsumsi tinggi lemak pada atlet akan berdampak buruk karena tidak dapat menghasilkan VO2Maks >60% yang digunakan sebagai indikator stamina untuk atlit serta konsumsi tinggi lemak (>30% total kalori) dapat menurunkan asupan karbohidrat sehingga glikogen otot tidak dapat dijaga, data responden dari penelitian ini didapatkan rata-rata asupan lemak mulai dari harian,latihan,dan setelah pertandingan sebesar 31,88 gr jumlah ini mengkontribusi 18,33% dari total kalori pada atlit. Oleh karena itu maka terdapat hubungan antara persen lemak dengan stamina pada atlit.
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang berguna sebagai sumber energi utama serta memegang peranan yang sangat penting bagi atlit pada saat melakukan olahraga. Atlit memerlukan asupan karbohidrat yang adekuat karena dapat digunakan saat melakukan olahraga dengan intensitas yang tinggi, menjaga gula darah, serta menjadi simpanan glikogen otot.Â
Menurut rekomendasi dari American College of Sports Medicine (ACSM) asupan karbohidrat berkisar antara 30-60 gram/jam, berdasarkan hasil data dari penelitian Rizqi dan Udin (2018) menunjukkan bahwa rata-rata asupan karbohidrat sehari dari seluruh responden sebesar 375,42 gr/hari, hasil ini menunjukkan bahwa Sebagian besar responden telah tercukupi kebutuhan asupan karbohidrat per harinya, jika dibandingkan dengan rata-rata kebutuhan karbohidrat berdasarkan jenis aktivitas fisik dari responden memiliki hasil yang lebih tinggi yakni sebesar 333 gr/hari. Berdasarkan dari data tersebut terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan tingkat aktivitas pada atlit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H