I
Langit yang diciptakan untuk senantiasa menjaga bumi
Dan menjadi roh bagi pohon-pohon pernah pada suatu hari
Jatuh sakit ketika petir menyalaminya dalm bendung hujan
Untuk pertama kali, "hei apakah gerangan yang diinginkan petir terhadap langit?"
Langit itu tersenyum kembali ketika kemudian matahari mengajaknya
Bertemu untuk pertama kali, sejak itu ia mengerti mengapa petir lebih dulu
Menyalami sukmanya
;agar orang-orang tak paham kalimat hujan dan kemarau berkepanjangan
Ketika kau merasa seorang diri pada sepi yang purba ini,
Maka memandanginya adalah kehidupan.
II
Langit tak pernah murung
Ia pun tak pernah geram, mengeras, atau sekadar menguntit
airmata
Meski segala tugas harus diselesaikan
Sebelum awan menjelma angin yang tersesat ;
Barangkali ia hanya bisa diam :
Menunggu tuannya memutuskan segala rencana.
III
Aku adalah langit yang dipenjarakan manusia dalam sel
tanpa sipir,
Duduk tersungkur diantara fragmentaria cuaca dan
iklim yang bergantian menjaga hari.
Tiba-tiba,
Seorang lelaki bermuka tirus menciptakan bayang-bayang
Di sampingku, membawa jasadku ke sudut ruang pengap ini,
Sambil menuliskan doa di hatinya :
"kuinginkan darahku mengalir di tubuhmu
agar aku menjelma langit sepertimu"
Saat itu, kutahu wajahku adalah wajahmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI