Mohon tunggu...
Fauziyah Kurniawati
Fauziyah Kurniawati Mohon Tunggu... Penulis - A Genuine Dreamer

Struggling Learner / Random Writer / Poem Addict

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gerhana Rindu

26 Oktober 2020   07:14 Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelagarkan puisi dengan bibir yang gemetar menyebut namamu untuk yang kesekian, Ayah!.

Dasawarsa Kedua...

Hanacaraka hujan berbaris rapi di langit sana, sekan bersiap turun ke bumi mengguyur rindu yang bersemayam dalam jiwa kekasih.

Ilusi seraya berbisik pada sunyi, "biarkan saja! sebab musim mesti berganti." Sedangkan dirimu enggan kembali.

Jemputlah! di ruang ini kami cemas menunggu senjamu.

Kita sama-sama tercabik oleh musim. Juga sama-sama pasrah pada rasi takdir Tuhan di langit sana.

Lantas menjeritkan lagu perkabungan bagi yang tak sanggup meratap kerinduan.

Maknailah diri dalam hidup yang dijanjikan, Ayah!.

 Dasawarsa Ketiga...

Nalam cuaca pertama kali berkenalan dengan sajak salju sebab rindu yang resah kesekian.

Obituari hujan pun membaurkan pertemuan singkat dan perpisahan berkelanjutan seolah tak ada yang mesti diperbincangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun