Logical fallacy adalah penggambaran bagaimana seseorang memiliki pola pikir yang salah atau sesat. dalam bahasa Indonesia,logical fallacy disebut juga dengan sesat pikir atau  kesalahan logika. Kesalahan ini bisa disebabkan krarena seseorang tidak mengetahui topik yang ia bahas,salah pemahaman, atau tidak serius dalam beropini.
Tujuan dari logical fallacy bisa beragam, mulai dari adu domba, propaganda, dan trik penipuan. Logical fallacy tidak hanya terjadi pada satu pihak saja, melainkan bisa terjadi pada dua pihak atau lebih ketika beropini.
Jenis-jenis Logical fallacy
Ad Hominem: Menyerang karakter atau motif orang yang membuat argumen daripada argumen itu sendiri.
- Contoh: "Kamu tidak bisa dipercaya karena kamu pernah berbohong."
Straw Man: Mempermisalkan argumen lawan dalam bentuk yang lebih lemah atau menyederhanakannya untuk membuatnya lebih mudah diserang.
- Contoh: "Orang yang mendukung pembatasan senjata hanya ingin semua orang kehilangan hak memiliki senjata."
Appeal to Authority (Argumentum ad Verecundiam): Menggunakan pendapat otoritas sebagai satu-satunya bukti untuk mendukung argumen.
- Contoh: "Dokter terkenal mengatakan produk ini efektif, jadi harusnya produk ini efektif."
False Dilemma (False Dichotomy): Menyajikan dua pilihan seolah-olah itu satu-satunya opsi yang ada, padahal ada lebih banyak opsi.
- Contoh: "Jika kamu tidak mendukung kebijakan ini, maka kamu tidak peduli dengan keamanan nasional."
Slippery Slope: Berargumen bahwa satu tindakan kecil akan memulai serangkaian kejadian yang tak terelakkan dan buruk tanpa bukti yang jelas.
- Contoh: "Jika kita melegalkan mariyuana, maka semua narkoba akan segera menjadi legal."
Circular Reasoning (Begging the Question): Argumen di mana kesimpulan yang diambil sudah diasumsikan dalam premis.
- Contoh: "Saya selalu mengatakan yang benar, karena saya jujur."
Hasty Generalization: Membuat kesimpulan umum dari sampel yang terlalu kecil atau tidak representatif.
- Contoh: "Dua teman saya dari kota X tidak ramah, jadi orang dari kota X tidak ramah."
Red Herring: Mengalihkan perhatian dari isu utama dengan memperkenalkan isu yang tidak relevan.
- Contoh: "Kenapa kita membahas kenaikan pajak? Kita harus membahas bagaimana meningkatkan keamanan di jalan."
Post Hoc Ergo Propter Hoc: Menganggap bahwa jika suatu kejadian mengikuti kejadian lain, maka kejadian pertama adalah penyebab kejadian kedua.
- Contoh: "Setelah saya memakai kalung keberuntungan ini, nilai ujian saya meningkat. Jadi, kalung ini pasti membawa keberuntungan."
Appeal to Emotion (Argumentum ad Passiones): Menggunakan emosi, seperti ketakutan atau simpati, alih-alih argumen logis untuk mendukung klaim.
- Contoh: "Jika kamu tidak mendukung undang-undang ini, maka anak-anak kita akan berada dalam bahaya."
Bandwagon (Argumentum ad Populum): Menganggap bahwa karena banyak orang mempercayai sesuatu, maka itu pasti benar.
- Contoh: "Semua orang membeli produk ini, jadi produk ini pasti bagus."
False Cause (Causal Fallacy): Menganggap bahwa karena dua hal terjadi bersamaan atau secara berurutan, maka salah satu adalah penyebab yang lain.
- Contoh: "Setiap kali ayam berkokok, matahari terbit. Jadi, ayam yang membuat matahari terbit."
Appeal to Ignorance (Argumentum ad Ignorantiam): Mengatakan bahwa sesuatu benar karena tidak ada bukti yang membuktikan sebaliknya.
- Contoh: "Tidak ada yang bisa membuktikan bahwa alien tidak ada, jadi mereka pasti ada."
Equivocation: Menggunakan kata dengan makna ganda atau ambigu dalam argumen untuk menyamarkan kebenaran.
- Contoh: "Pohon memiliki kulit. Anjing juga memiliki kulit. Jadi, pohon adalah anjing."
Memahami dan mengenali logical fallacies penting untuk membangun argumen yang kuat dan menghindari kesalahan dalam penalaran.
Menghindari kesalahan logika merupakan langkah penting dalam mengembangkan pemikiran kritis dan penalaran yang kuat. Dengan memahami jenis-jenis kesalahan logika dan melatih diri untuk mengidentifikasinya, kita dapat menjadi pembicara dan pendengar yang lebih cerdas, mampu berpartisipasi dalam diskusi yang produktif, dan membangun argumen yang solid berdasarkan premis yang benar dan kuat.Â
Tips menghindari Logical fallacy :
1. Fokus pada inti argumen
2. Jangan terburu-buru mengambil keputusanÂ
3. Jangan mudah terpedaya oleh popularitasÂ
4. Mempertimbangan semua sudut pandangÂ
5. Gunakan Logika dan Bukti yang kuat
Dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menghindari sesat pikir, kita dapat membuat  keputusan yang lebih baik dan menarik kesimpulan yang valid dalam kehidupan sehari-hari.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H