Setelah semua selesai sholat, Dirjen Perhubungan DR. Ir. Agus Santoso, M.Sc memasuki ruangan didampingi Ibu Puji Nur Handayani selaku Direktur Produksi PT Garuda Indonesia, Tbk, Capt. Martinis Kayadu selaku Vice President Garuda Indonesia Training Center, Capt. Triyanto Moeharsono selaku Direktur Operasi PT Garuda Indonesia, Tbk sert Capt. Setija Budi selaku Senior Manager Operasi Garuda Indonesia Training Center.
Kemudian Bapak Agus Santoso memberikan sambutan sebelum melakukan kunjungan melihat apa saja yang ada di GITC. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa didalam GITC terdapat simulator yang digunakan oleh para pilot melakukan simulasi penerbangan as real as possible.Â
Selain pelatihan untuk pilot, pelatihan juga diberikan kepada flight attendant, engineering dan kru penerbangan lainnya. Â Pelatihan ini merupakan suatu fasilitas yang harus dimiliki oleh kru penerbangan termasuk ROO. Â
Di dunia penerbangan memiliki dasar prioritas berupa keselamatan atau safety, sebuah essential moda transportasi udara. Â
======
Garuda Indonesia Training Center (GITC) merupakan tempat pelatihan bagi seluruh pilot, pramugari/ra, serta kru penerbangan yang berada dibawah Direksi Operasi PT Garuda Indonesia, Tbk.
Pertama yang kami kunjungi gedung tempat pelatihan para pilot PT Garuda Indonesia, Tbk yang berjumlah sekitar 1450-an. Para pilot diwajibkan melakukan recurrent / refreshing training sebanyak dua kali dalam setahun, sementara anak flying school datang ke GITC harus bersekolah tipe baru memakan waktu 4 hingga 7 bulan.
Meskipun telat memiliki pilot commercial lisence tetap melakukan pelatihan, setelahnya baru boleh menerbangkan sebuah pesawat terbang dengan didampingi instruktur. Â Bahkan, seorang pilot yang aktif secara structural di PT Garuda Indonesia, Tbk tetap harus menerbangkan sebuah pesawat sebulan sekali, Capt. Â Triyanto dan Capt. Setija juga memiliki jadwal penerbangan hingga saat ini.
GITC juga memberikan pelatihan dari maskapai lainnya milik dalam negeri maupun dari luar negeri(Saudi Arabia, Eropa, Iraq dan beberapa negara Timur Tengah lainnya). Â Ini dikarenakan tidak semua maskapai memiliki simulator untuk pelatihan kru penerbangan, apalagi simulator pesawat.Â