Mohon tunggu...
Arum Butler
Arum Butler Mohon Tunggu... Administrasi - Just me.....

The Wallflower and The Wildflower Alumni Danone Blogger Academy Batch 1 Tahun 2017 www.arumsukapto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayo Menulis: Jadilah Titik Cahaya Bagi Kehidupan

20 November 2016   21:19 Diperbarui: 20 November 2016   23:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bang Maman sebagai penulis bercerita pengalamannya menjadi penulis dimana pernah merasakan rezim narasi tunggal masa Orde Baru yang tidak bisa dilawan dimana kebenaran berpihak pada pemerintahan dari pertama kali menjadi jurnalis tahun 1986 hingga tahun 1998.  Berakhirnya masa Orde Baru itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal para jurnalisme mulai aktid bergerilya menulis untuk mengabarkan kepada dunia bahwa Indonesia itu jauh lebih besar dari sekedar narasi tunggal.  Dengan tumbangnya masa pemerintahan Orde Baru merupakan puncak kejenuhan bangsa Indonesia karena telah capek selalu diatur dan ditentukan oleh pemerintahan.  Selanjutnya pada masa pemerintahan Reformasi,  jurnalisme merasakan kebahagiaan tersendiri karena tidak lagi terikat dengan narasi tunggal dan bila tidak percaya pada media mainstraim bisa langsung menyuarakannya secara langsung. 

Menulis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi penulis serta bisa membahagiakan orang lain. Saat ini dengan menjadi penulis, kita tidak harus pergi ke kantor namun saat menjadi penulis/jurnalis warga juga bisa menjadi editor,pemasaran, producer dirinya sendiri via media social.

Pertama kali Bang Maman masuk ke Kompas Group dijelaskan bahwa Kompas bukan tempat penulis untuk mencari uang, namun menulis di Kompas untuk mendapatkan dua hal yaitu enlightment (pencerahan) dan pemberdayaan.  Enlightment memiliki makna yang luas yaitu jadilah terang dunia, jadilah cahaya (nur), terbukti dengan tulisan pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini.  Mungkin Ibu Kartini telah meninggal dunia, namun beliau tetap berarti karena meninggalkan sebuah tulisan yang selalu dikenang rakyat Indonesia dan menjadi titik cahaya para kaum wanita di Indonesia.

[caption caption="5W1H (Gambar milik bloggaholic)"]

[/caption]

Tugas menulis hanya satu yaitu dari kegelapan menuju cahaya, dan bila terjadi kebalikannya maka tidak bisa disebut dengan nama menulis. Menulis harus memenuhi  kriteria 5W + 1H dan penulis yang baik harus mempunyai  kata kunci 5R:

  1.  READ (membaca)harus banyak membaca sehingga menguatkan wawasan, kalau kita kurang membaca akan berdampak pada hasil tulisan yang menjadi rendah/dangkal.
  2. RESEARCH (penelitian), saat menulis harus memiliki data research yang kuat dan saat ini bangsa Indonesia masih lemah dalam point 2R ini karena minat membaca di kalangan masyarakat Indonesia (berdasarkan data UNESCO) hanya 0.001 dimana seribu orang berkumpul  yang mempunyai minat baca hanya 1 orang.  Indonesia juga menjadi negara literasi nomor 60 (2 urutan terakhir), hal ini karena koran sangat sedikit, input-output dunia pendidikan sangat rendah, jumlah computer di rumah juga rendah, jumlah perpustakaan sudah banyak namun ternyata perpustakaan di Indonesia merupakan tempat tersunyi kedua setelah kuburan. 
  3. RELIABLY (kebenaran), saat menulis kita harus yakin yang kita tulis benar.  Dari berbagai sisi sebisa mungkin zero fault (nol kesalahan)
  4. REFLECTING (sudut pandang banyak)setiap tulisan harus memiliki berbagai sudut pandang banyak yang koherensif dari berbagai sisi.  Reflecting ini yang menghargai semua perbedaan yang ada
  5. (W)RITEmenulislah untuk sebuah kebenaran

Bila kelima R diatas dijalani benar-benar dengan pelan maka menulis bukan hanya menjadi kewajiban namun menulis akan menjadi sebuah kebutuhan hidup. 

Ada beberapa tipe penulis yang ada di Indonesia yaitu penulis berdasarkan teknis (sekedar baca tulis dan hitung), penulis berdasarkan fungsional  dimana membeli buku sebanyak-banyaknya untuk mendukung fungsi dan profesi penulis  dan yang paling tinggi puncaknya yaitu penulis berdasarkan budaya dengan menulis akan memberikan manfaat untuk diri sendiri, bangsa dan budayanya.

“Untuk mengenal dunia, bacalah.  Tapi kalau mau dikenal dunia, menulislah!” ini merupakan kata kunci Pramoedya Ananta Toer (penulis terkenal dari kota asal saya Blora).  Kalau kita tidak menulis maka kita akan ditelan oleh sejarah, hilang semua pemikiran dan pandangan kita. 

Saat ini masyarakat Indonesia lebih mengutamakan kecepatan daripada ketepatan, berdasarkan kode etik media cyber mengatakan tidak apa-apa mengutamakan kecepatan tapi diakhir kalimat harus ada tulisan bahwa (seorang wartawan harus jujur) kami baru melakukan wawancara dengan salah satu pihak dan akan melakukan wawancara kepada pihak berikutnya pada tulisan berikutnya.  Jadi kecepatan tidak menjadi masalah, namun ada penghubung kata dari tulisan sebelumnya dengan tulisan selanjutnya.  Seorang penulis juga harus bisa memisahkan antara faktanya atau katanya, opini dan fakta

Saat menjadi penulis janganlah menjadi penulis yang egois, yang berorientasi hanya sebatas uang karena penulis yang egois akan sulit berkembang menjadi penerang/cahaya bagi kehidupan.

Yuk mulailah menulis untuk mencapai sebuah titik cahaya penerangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun