Tak jauh dari stasiun Tajrish ini, ada istana Niavaran yang pernah dihuni Dinasti Syah semasa berjaya, serta pusat rekreasi Darband yang sangat populer di kalangan orang lokal.
Baca juga: Melongok Istana Syah, Raja Iran yang Terbuang
Atraksi utama di kawasan Tajrish adalah Tajrish Bazaar yang letaknya hanya beberapa langkah saja dari stasiun metro.
Menjelang waktu berbuka, Tajrish Bazaar makin ramai dengan pengunjung yang ingin membeli makanan untuk berbuka puasa.
Kalau orang Indonesia berbuka dengan kolak atau es campur, orang Iran juga punya makanan khas di waktu Ramadan.
Makanan yang paling populer itu disebut ash, yakni bubur gandum yang dicampur kacang-kacangan. Bubur ini berwarna hijau karena dicampur daun mint, membuat aromanya menyegarkan, cocok dijadikan hidangan berbuka.
Saya sempat membeli buah cherry yang harganya kalau dirupiahkan hanya sekitar Rp 20 ribu saja per kilogram. Makanan lainnya untuk berbuka seperti kebab, sandwich dan roti-rotian juga banyak tersedia.
Dibandingkan Tehran Bazaar yang lokasinya di bagian selatan Tehran, Tajrish Bazaar sebenarnya jauh lebih nyaman dijadikan tempat berbelanja oleh-oleh.
Kebanyakan turis biasanya hanya Tehran Bazaar karena sering dipromosikan agen perjalanan sebagai tempat untuk membeli karpet.
Namun wisatawan asing bakal kesulitan menjelajahi Tehran Bazaar tanpa pemandu karena areanya sangat luas.Â