Berbeda dengan Indonesia, masyarakat Mesir mengonsumsi roti-rotian sebagai makanan pokok. Dari mulai roti isy hingga pino. Biasa dijadikan sandwich aneka isi (kecuali manis).Â
Pino sendiri merupakan jenis roti panjang tanpa isi yang harganya cukup terjangkau, hanya dengan EGP 1,00 (sekitar 800 rupiah) saja sudah bisa dapat 2 roti yang cukup mengenyangkan bagi saya.Â
Jujur, saat di Indonesia dulu  tidak ada sama sekali terpikir untuk makan roti dengan selain selai. Terlebih di lingkungan tempat saya bertumbuh tidak terlalu fenomenal dengan sandwich isi "sesuatu yang asin-asin".
Dan.. Pikiran aneh-aneh pun muncul semenjak tinggal di perantauan.Â
Misalnya bulan Ramadan kali kini, saya dan teman sekamar beberinisiatif untuk membuat tempe oreg sebagai persediaan selama sahur, tapi kadang juga dipakai untuk berbuka, agar lebih simpel dan gak perlu masak lagi selama sebulan penuh.Â
Biasanya asrama menyediakan makanan untuk berbuka berupa nasi dan ayam (tentunya dengan bumbu dan cara masak mereka yang kadang tidak bisa bersahabat dengan lidah saya). Â Tapi, saat tidak ada makanan, jadilah menu berbukanya adalah pino isi tempe oreg.Â
Aneh sih.. Tapi setelah dicoba rasanya enak.Â
Paduan rasa lokal dan internasional.. Hehe.Â
Bechamel + Sambal
Kolaborasi di antara keduanya tidak begitu aneh.. Terlebih sambal memang jadi penyelamat banget buat orang Indonesia. Sepertinya hampir semua pelancong atau perantau ke luar negri gak pernah lupa untuk masukin sambal di list barang bawaannya.Â
Bechamil sendiri lebih terkenal di Indonesia dengan sebutan "maccaroni schotel". Makanan ini biasanya dimakan dengan saus tomat, yang merupakan saos favorit orang Mesir.. Tapi, saat sampai di tangan kita, sambalin terus..Â