Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Siang Hari

10 Juli 2022   09:00 Diperbarui: 10 Juli 2022   09:03 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih saja Stella terdiam di meja dengan laptopnya siang bolong ini di suatu kafe. Belum ada makanan dan minuman yang Ia lahap sedari tadi. Sudah hampir setengah jam Ia menggunakan otaknya untuk bertarung melawan deadline tugas akhirnya. Si mahasiswi akhir semester itu tampaknya benar-benar tak ingin diganggu.

Ya, sampai Ia berpindah kesini karena memang rumahnya ramai sekali. Bak pesta dan kapal pecah yang membuatnya pergi kesini seorang diri. Setelah Ia marah-marah dengan adiknya di rumah tadi yang membawa banyak temannya, Ia juga sempat beradu argumen dengan ibunya yang selalu saja membela adiknya.

Ia butuh ketenangan namun saat ini Ia butuh inspirasi secara ilmiah demi menghapus coretan-coretan revisi dari dosen pembimbingnya.

"Ah gimana lagi ya? mana banyak banget lagi akhh!" keluhnya sembari tangannya menopang wajahnya.

Di tengah Ia yang sedang berkonsentrasi dan jari-jemarinya yang sudah bersentuhan dengan keyboard laptopnya, sebuah suara mengganggunya "drrt drrt drrtttt"

Suara apa itu? sepertinya dering telepon seseorang yang membuat Ia sampai membuat wajahnya memandangi seorang pria depannya. Berjarak 1 meter saja dari meja pria yang duduk membelakanginya, namun suara getar dering ponsel pria itu sepertinya terdengar jelas.

"Ganggu banget" ucapnya pelan dari si gadis yang agak garang ini.

Suara itu semakin menusuk telinga dan konsentrasinya karena memang kafe ini tak menyalakan musik. Ditambah lagi dengan pengunjung yang hanya Mereka berdua saja.

"Drrt drrrt drrrtttt" suara getar telepon itu berdering dengan nada getar sampai akhirnya beberapa detik kemudian, suara itu akhirnya berhenti.

Stella pun lega, gadis dengan rambut pony tail itu kembali masuk kepada konsentrasinya. Jari jemarinya mulai menulis satu kata.

Tapi tiba-tiba suara itu kembali! nada getar itupun bergetar kembali "Drrrt drrtt drrttt"

Gila pikirnya! kenapa pria itu tak mengangkat teleponnya! bisakah Ia mengangkat teleponnya dan membiarkan Stella berkonsentrasi? Ia berhenti lagi dan hanya satu kata yang baru tertulis. 

"Si bodoh, berisik banget deh! lagi berantem ama pacarnya kali ya? angkat dong teleponnya!" keluhnya dalam hati.

Telepon itu berhenti lagi, namun seketika telepon itu masuk dan berdering kembai dengan nada getar "Drrrtt drrtt drrtttt"

Stella kemudian memandangi bagian belakang pria itu, pria dengan badan agak kurus dan rambut yang sepertinya berponi itu membuatnya kesal. Ia lantas berpura-pura ke toilet yang dimana Ia sepertinya ingin tahu dengan curi-curi pandang pada pria itu. Ia ingin tahu kenapa dan apa yang terjadi dengan pria yang dari tadi duduk terdiam itu. Ia lantas melangkahkan kakinya dan melihat sekilas pria itu. 

Ya, pria normal dengan suasana hati yang mungkin tak normal! pria itu manis menurutnya dan namun pandangannya kosong dan sepertinya ada yang sedang Ia pikirkan. Masalah mungkin sedang menyelimutinya sampai Ia pun mengabaikan panggilan-panggilan telepon itu. Stella pun masuk ke toilet dan Ia mengintip dari balik pintu toilet. Ia masih melihat Pria itu tak bergeming, Ia semakin bingung.

Hingga semenit kemudian, Ia keluar dari toilet dan memandangi pria itu sambil berjalan ke mejanya. Ia melihat ponsel si pria itu yang sedang ada panggilan masuk. Stella bisa melihat foto profil wanita sekilas berambut pendek dan cantik. Ia berpikir sepertinya itu pacar si pria itu. Ya, mungkin saja si pria sedang ngambek dan benar saja! pria itu menangis dan terlihat tetesan-tetesan air mata dari matanya.

"Cengeng! dimana-mana yang ngambek kan cewe? mau banget di ngertiin ya?" ujarnya dalam hati sembari duduk dan melanjutkan tugasnya.

Kembali suara itu mengusiknya lagi! 

"Drrt drrtt drrt" nada getar itu akhirnya membuat Stella naik pitam.

"Halo mas maaf bisa angkat teleponnya ngga? saya ngga bisa konsen atau boleh pindah maaf? soalnya saya lagi enak disini, maaf ya" ucapnya dengan santai nan tegas.

Pria itu perlahan menoleh ke arahnya. Si pria itu tampak terisak-isak dari belakang dan mengambil tisu untuk menghapus air matanya. Tampak Mereka bertatapan, Stella dengan si pria yang benar-benar sangat sedih.

"Maaf ya" jawab si Pria singkat.

"Mas, lagi ribut ya? saya doakan cepat baikan ya! maaf saya lagi tugas akhir nggak bisa konsen" respon Stella.

"Atau saya yang pindah deh gapapa mas disini aja" ucap Stella di tengah perbincangan Mereka yang ditemani dering ponsel yang masih terus saja berbunyi.

"Angkat aja gapapa mas, ngomong baik-baik sama dia dan jelasin aja masalahnya gapapa" tambah Stella.

"Semua bisa diselesaikan dengan cerita kok, apalagi cewek kan maunya banyak cerita mas" jelas Stella lagi.

"Bukannya ngga mau angkat mbak" balas si Pria itu.

"Maksudnya? gimana? dia marah banget ya?" tanya Stella heran.

Si pria itu terdiam lalu beberapa detik kemudian dengan air mata yang jatuh, Ia menjawab "Dia udah meninggal, makanya saya sedih banget"

"Kayaknya Dia masih belum tenang atau mungkin masih belum rela" lanjut si pria itu yang membuat Stella benar-benar semakin bingung.

"Mas, jangan bercanda deh! itu yang nelpon siapa?" tanya Stella menolak kebenaran cerita itu.

"Iya, beneran kok dia kecelakaan 3 minggu lalu dan sering banget telpon kesini" jawab si pria itu dengan suara yang sangat lemah.

"Dia korban tabrak lari dan ponselnya juga kelindes mobil itu, hancur" lanjutnya lagi dengan menahan sesak di dada.

"Sim card nya masih saya pegang ini kok" lanjutnya lagi sembari mengeluarkan sim-card ponsel pacarnya di kantong depan bajunya dan menunjukkannya pada Stella.

Stella pun terdiam dan makin percaya, pria itu pun melanjutkan "Iya, gimana mau angkat ya soalnya setiap diangkat gaada suara dan sedihnya karena mungkin dia belum tenang"

"Makanya ini ngebuat gila sekaligus sedih" lanjut pria itu lagi.

Stella berkata pelan "Maaf, maaf saya ngga tau"

"Gapapa, maaf mengganggu ketenangannya ya" balas pria itu berdiri.

"Minta doanya supaya dia tenang juga" tutup Pria itu sambil membawa ponselnya yang masih saja berdering.

"Untuk ikhlas, sudah pasti" Tutup pria itu sembari meninggalkan meja dan pergi berlalu.

Di siang hari ini mungkin terasa seperti tengah malam bagi Stella. Ia merasa merinding dan hampir tak menyangka jika Ia mendengar cerita barusan bersama kejadiannya. Sungguh siang hari yang sangat tak dimengerti bagi Stella. 

Ia hanya ingin cepat pulang saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun