Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cindy

2 April 2021   17:49 Diperbarui: 2 April 2021   17:55 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/

Cindy terduduk di hadapan meja bersama Danny. Ia sangat gembira ditemani dengan Danny, pasangan terbaiknya. Wajah yang berbinar-binar dan berhias senyum dari Cindy mengisi siang hari ini. Ia tak henti-hentinya bercerita dan tertawa renyah bersama Danny.

Cindy memang sedang rindu-rindunya. Dengan memiliki Danny, Ia merasakan rindu setiap harinya. Melepas lelah, tawa dan beban hidup hanya melalui Danny.

"Bagus kan rambut Aku? Kamu ga bosen kan liatnya?" Tanya Cindy demi mendapatkan pujian dari Danny.

Danny hanya mengangguk dan senyum. Ekspresi dari Danny tersebut sudah membuat Cindy senang. Ia membalas dengan memegang tangan Danny. Ia memajukan badannya yang terpisah dengan meja dan mendekatkan bibirnya tiba-tiba ke kening Danny.

Sebuah kecupan mendarat ke bagian kening Danny. Cindy kembali ke posisi duduk dan memegang rambutnya. Tangannya tak henti-hentinya melilitkan rambut panjangnya yang berponi.

"I love you" ucap Cindy dengan tatapan tanpa kedip.

Danny menjawab "I love you too ".

Hidung Danny meneluarkan sedikit darah. Cindy kaget seketika merespon mengelap dengan tangannya.

Cindy melanjutkan perbincangan "Kamu jaga kesehatan ya!"

"Aku gamau Kamu kenapa-kenapa!" Lanjutnya.

Danny mengelus tangan Cindy yang masih berpegangan dan mengangguk.

"Aku mau jalan-jalan lagi, udah lama kan terakhir pas Kita ke pantai dulu kan" ucap Cindy dengan wajah manjanya.

Danny tersenyum kecil dan wajahnya menatap ke arah Cindy.

"Ajak Aku pokoknya!" Ucap Cindy.

"Udah lama loh gak jalan-jalan!" Lanjutnya memasang wajah cemberut.

Danny berkata "Iya tapi kayaknya gabisa waktu dekat ini".

Cindy terkejut dan berkata "Loh kenapa?".

Ia hanya bingung saja karena biasanya dirinya yang manja selalu disambut dengan jawaban setuju dari Danny. Namun kali ini Danny sedikit menolak secara halus.

"Cindy" Ucap Danny pelan sembari mengelus rambut Cindy.

"Aku tahu ini berat tapi Aku harus ngomong sesuatu ke Kamu" Lanjut Danny.

Cindy menjawab dengan bingung "Maksud Kamu? apa? kenapa?".

Danny terdiam beberapa detik dan berkata "Kita nggak bisa kayak dulu lagi".

"Kita juga nggak bisa melakukan rencana lagi termasuk jalan-jalan".

Air mata sudah muncul di kedua mata Cindy, dan Ia pun berkata "Kenapa? Kamu udah nggak cinta?"

"Jawab jujur!" Lanjut Cindy sembari menahan emosi untuk menangis.

Tangan Danny memegang kedua pipi Cindy namun gadis itu menepisnya dengan pelan. Penolakan yang pertama kalinya dalam romansa percintaan keduanya. Danny yang terdiam hanya bisa tersenyum mencoba menenangkan gadisnya yang menangis.

"Liat Aku!" Ucap Danny dengan hangat.

"Cindy, bukan aku nggak cinta"

"Tapi Kamu harus tahu" Lanjut Danny kepada Cindy yang hanya melihat kearah meja dengan masih berusaha menahan tangis.

Danny menghela nafas dan berkata "Aku cuma mau bilang sama Kamu".

"Tapi Kamu jangan marah yah? janji kan?" Tawar Danny dengan memegang tangan Cindy yang mulai melunak.

Wajah cantik Cindy mengarah dengan tatapan sayu kepada Danny. Air mata sudah tak terbendung tumpah kearah pipi-pipi Cindy sementara Danny menghapus air matanya

"Cindy, berhenti jangan begini lagi!" Kata Danny dengan meyakinkan.

"Aku ini" lanjut Danny yang belum selesai berbicara.

Tiba-tiba Cindy memotongnya "Jangan! Maksud Kamu apa!"

"Aku ini udah" Lanjut Danny lagi bersahutan dengan Cindy.

Sampai kemudian dari arah dahi Danny keluar tetesan darah yang membuat Cindy panik.

Cindy membalas  dengan histeris "Apa sih! jangan ngomong! Diem!"

"Cindy please Aku ini kan" Kata Danny dengan nada agak naik.

"Jangan! "Kamu bicara apa sih?" Jawab Cindy sembari menutup telinganya dan menangis.

Danny yang tak tahan akhirnya mengakhiri pembicaraan dengan  berkata "Cindy! Aku ini udah nggak ada!"

"Kita udah di alam yang berbeda" Lanjut Danny demi menegaskan semua yang terjadi.

"Kamu ingat kecelakaan dulu kan?" Kata Danny mencoba meyakinkan Cindy untuk mengingat masa lalu.

"Cindy, jangan marah" Lanjut Danny lagi kepada Cindy yang menangis sesengukan didepanya.

"Ini semua demi kesehatan mental Kamu Cindy" Ucap Danny.

Danny berkata panjang "Aku cuma nggak mau Kamu meratap berhari-hari bahkan selamanya"

"Kamu boleh melanjutkan hidup dan terima kasih ya Cindy" Lanjutnya.

"Kamu juga bagian dari hidup Aku, mau bagaimana lagi Cindy? Kita udah beda alam dan waktu" Tegas Danny dengan halus.

Cindy hanya meraung-raung dan menjerit "Nggak! Kamu bohong!"

Wajah Danny Makin dipenuhi dengan darah yang mengalir.

"Kamu bohong! bohong!" Teriak Cindy.

Tampak 2 orang dengan baju perawat muncul membuka pintu rumah sakit dengan terburu-buru dan segera menyuntikkan obat bius penenang kepada Cindy. Ia pun tertidur tenang. Matanya masih sedikit sadar dan Ia melihat bayangan Danny yang tersenyum namun terlihat menyembunyikan kesedihan. Ia melihat Danny dengan wajah penuh darah didalam tabirnya.

Dalam kondisi tersebut, Cindy mendengar Danny berkata lirih "Cindy, jangan marah ya!".

Cindy seketika dalam mimpinya mengingat peristiwa kecelakaan sebulan yang lalu bersama Danny. Mereka sudah bertunangan namun kecelakaan yang menewaskan Danny. Cindy berhasil selamat sampai saat ini melewati masa pemulihan namun dihantui trauma dan kadang sering berkhayal bahwa Danny berada di sampingnya. Saat kecelakaan itu, Ia yang satu mobil dengan Danny melihat dengan jelas kepala Danny penuh luka darah dan hidungnya meneteskan darah. Sama seperti yang Ia lihat barusan ketika perbincangan hari ini dengan Danny.

Danny hanya berpesan, Cindy jangan marah. Setidaknya Danny menyiratkan bahwa Ia meninggalkan Cindy karena kematian bukan karena pengkhianatan yang tak berperasaan. Cindy tidur setelah mengetahui kenyataan yang hampir sebulan ini Ia dimanipulasi halusinasi. Setidaknya Cindy tidak akan marah dan membuat Danny bisa tenang disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun