"Ini semua demi kesehatan mental Kamu Cindy"Â Ucap Danny.
Danny berkata panjang "Aku cuma nggak mau Kamu meratap berhari-hari bahkan selamanya"
"Kamu boleh melanjutkan hidup dan terima kasih ya Cindy" Lanjutnya.
"Kamu juga bagian dari hidup Aku, mau bagaimana lagi Cindy? Kita udah beda alam dan waktu" Tegas Danny dengan halus.
Cindy hanya meraung-raung dan menjerit "Nggak! Kamu bohong!"
Wajah Danny Makin dipenuhi dengan darah yang mengalir.
"Kamu bohong! bohong!" Teriak Cindy.
Tampak 2 orang dengan baju perawat muncul membuka pintu rumah sakit dengan terburu-buru dan segera menyuntikkan obat bius penenang kepada Cindy. Ia pun tertidur tenang. Matanya masih sedikit sadar dan Ia melihat bayangan Danny yang tersenyum namun terlihat menyembunyikan kesedihan. Ia melihat Danny dengan wajah penuh darah didalam tabirnya.
Dalam kondisi tersebut, Cindy mendengar Danny berkata lirih "Cindy, jangan marah ya!".
Cindy seketika dalam mimpinya mengingat peristiwa kecelakaan sebulan yang lalu bersama Danny. Mereka sudah bertunangan namun kecelakaan yang menewaskan Danny. Cindy berhasil selamat sampai saat ini melewati masa pemulihan namun dihantui trauma dan kadang sering berkhayal bahwa Danny berada di sampingnya. Saat kecelakaan itu, Ia yang satu mobil dengan Danny melihat dengan jelas kepala Danny penuh luka darah dan hidungnya meneteskan darah. Sama seperti yang Ia lihat barusan ketika perbincangan hari ini dengan Danny.
Danny hanya berpesan, Cindy jangan marah. Setidaknya Danny menyiratkan bahwa Ia meninggalkan Cindy karena kematian bukan karena pengkhianatan yang tak berperasaan. Cindy tidur setelah mengetahui kenyataan yang hampir sebulan ini Ia dimanipulasi halusinasi. Setidaknya Cindy tidak akan marah dan membuat Danny bisa tenang disana.